https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/01/31/7bc675a6-1698-4051-95d4-df1834ff5128_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan ribuan sertifikat hak atas tanah kepada masyarakat di Kulon Progo, Yogyakarta. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman)

Suram, Awas Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5%

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China mereda, kini giliran virus corona yang buat prospek ekonomi global kembali suram. Awas yang begini bisa bikin ekonomi dalam negeri makin nyungsep.

Dunia dihebohkan dengan wabah pneumonia yang diakibatkan oleh virus corona jenis baru. Virus yang dinamai WHO COVID-19 ini telah merenggut nyawa ribuan orang. Berdasarkan data terbaru John Hopkins CSSE, sudah ada 64.441 kasus positif terinfeksi virus corona dilaporkan secara global.

Jumlah orang yang terinfeksi setiap harinya juga terus bertambah, begitu juga dengan korban meninggal. Sampai hari ini korban meninggal tercatat mencapai 1.383 orang.


Memang virus corona masih terkonsentrasi di China. Namun kasus yang dilaporkan di luar China terus bertambah. Kasus virus corona di luar China yang dilaporkan mencapai 582 dan korban meninggal di luar China jumlahnya sudah tiga orang. Satu korban meninggal dilaporkan di Jepang, satu di Hong Kong, dan satu di Filipina.

Kondisi China saat ini masih mencekam. Walau libur Tahun Baru Imlek telah usai, tetapi aktivitas perekonomian belum pulih benar. Karena tak menunjukkan tanda-tanda mulai terkendali, pemerintah China akhirnya memperpanjang libur Imlek.

Akibatnya segala aktivitas ekonomi seperti perdagangan dan manufaktur menjadi terganggu. Produksi barang/produk manufaktur bisa menjadi delay karena virus ini. Ini yang mengerikan.

China yang menyandang status sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia merupakan pusat manufaktur global dan sangat terhubung dengan perekonomian dunia melalui aktivitas perdagangan. Penundaan aktivitas ekonomi China berpotensi besar menyeret perekonomian global.

Menurut studi yang dilakukan oleh DBS, China merupakan eksportir terbesar produk tekstil dan alas kaki di dunia. China menyumbang 30-40% total ekspor tekstil dan alas kaki global.

Selain itu China juga menyumbang 20% dari total ekspor mesin dan peralatan listrik dunia. China juga memegang peranan penting dalam rantai pasok barang elektronik global. Hampir setengah dari 800 unit produksi Apple secara global berlokasi di China, selain itu 30 perusahaan China merupakan 200 pemasok terbesar bagi Apple.

Hubei sebagai episentrum penyebaran virus corona merupakan pusat industri manufaktur untuk pembuatan baja, otomotif, dan elektronik terutama semikonduktor dan komponen elektronik lainnya.

Jadi musibah yang saat ini melanda China berpotensi membuat prospek perekonomian global menjadi suram. Menurut kajian yang dilakukan oleh bank investasi global Morgan Stanley, Jika produksi kembali pulih secara bertahap maka pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi global dapat terpangkas 35-50 basis poin (bps).


1 dari 2 Halaman