Serangan Baru AS ke Huawei: Curi Rahasia Dagang & Bantu Iran
by Redaksi, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kehakiman AS (DOJ) melayangkan dakwaan baru kepada Huawei Technologies, terlibat dalam pencurian rahasia dagang dan membantu Iran untuk melacak para demonstran.
Dalam dakwaannya, Huawei disebut berkonspirasi mencuri rahasia dagang dari enam perusahaan teknologi AS dan melanggar hukum peretasan, yang biasanya digunakan untuk memerangi kejahatan terorganisir.
Dakwaan ini terkait dengan kode sumber router internet, teknologi antena seluler dan robotika. Sebagai contoh, pada 2000 anak usaha Huawei, Futurewei Technologies Inc dituduh melakukan pelanggaran karena menyelewengkan kode sumber sistem operasi untuk router internet.
Kode ini kemudian dipakai untuk membuat router Huawei yang dijual ke AS dengan harga miring. Cisco Systems pernah menggugat Huawei soal ini pada 2003.
Huawei juga dituduh merekrut karyawan dari perusahaan lain untuk mendapatkan kekayaan intelektual dari kompetitor, dan menggunakan profesor di lembaga penelitian untuk mendapatkan teknologi.
"Surat dakwaan tersebut menggambarkan potret yang memberatkan dari sebuah organisasi tidak resmi yang tidak memedulikan hukum," kata ketua Komite Intelijen Senat AS Richard Burr dan wakil ketua Mark Warner dalam sebuah pernyataan bersama, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/2/2020).
Surat dakwaan tersebut juga menuduh Meng Wanzhou (CFO Huawei dan putri pendiri) dan Huawei berkomplot untuk menipu HSBC dan bank-bank lain dengan menggambarkan hubungan yang salah antara Huawei dengan perusahaan yang beroperasi di Iran.
Selain menuduh Huawei berbohong tentang operasinya di Iran, dakwaan terbaru mengatakan bahwa Huawei secara keliru menyatakan kepada bank bahwa mereka tidak memiliki bisnis di Korea Utara.
DOJ juga mendakwa Huawei membantu Iran untuk memata-matai para demonstran anti pemerintah pada 2009. Padahal AS melarang perusahaan yang beroperasi di AS untuk berbisnis dengan Iran, sebagai bagian dari sanksi yang dijatuhkan oleh negara adikuasa ini.
Tuduhan terbaru ini direspons cepat oleh Huawei dengan mendesak AS berhenti menekan perusahaan.
"Dakwaan itu merupakan bagian dari upaya merusak reputasi Huawei dan bisnisnya. Dakwaan tersebut lebih terkait persaingan usaha ketimbang penegakan hukum," ujar juru bicara Huawei, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/2/2020).
(roy/roy)