Eksistensi Mesin ATM Pecahan Rp20.000
by Anisyah Al FaqirMerdeka.com - Tiga mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) berjajar di lobi Gedung Sentra Mandiri, Jakarta Pusat. Terletak di sudut kiri dari pintu masuk. Diletakkan di ruang terbuka tanpa sekat kaca, dibiarkan terbuka.
Ada tiga mesin ATM itu memiliki pecahan uang berbeda. Mulai dari pecahan Rp20.000, Rp50.000, dan pecahan Rp100.000. Namun, mesin ATM dengan pecahan Rp20.000 paling banyak digunakan nasabah. Utamanya di jam makan siang. Tak sedikit pegawai yang hendak makan siang, mampir sejenak mengambil uang.
Seperti yang dilakukan Faisal, salah satu karyawan di Bank Mandiri. Sebelum pergi makan siang, Faisal terlihat mengambil uang di mesin ATM dengan pecahan Rp20.000. Dalam sepekan, Faisal bisa tiga kali mengambil uang lewat ATM di lobi kantornya. Dia sengaja mengambil uang dengan pecahan Rp20.000 karena lebih praktis saat dibelanjakan. Terlebih di jam makan siang, banyak pedagang makanan yang kesulitan memberikan uang kembalian.
"Ini kan praktis, langsung uang receh," kata Faisal saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (12/2).
Selain lebih praktis, pengambilan uang dengan pecahan kecil, ini jadi strateginya untuk berhemat. Dia mengaku uang pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 nominal yang terlalu besar serta membuatnya jadi lebih boros.
Hal yang sama juga dilakukan Desi. Karyawan Bank Mandiri ini sengaja mengambil uang dengan pecahan Rp20.000 sebelum makan siang. Cara ini merupakan strateginya dalam mengatur keuangan.
Dia beralasan, jika mengambil uang tunai di ATM dengan pecahan lebih besar, justru membuatnya jadi boros. Sedangkan dengan menggunakan pecahan yang lebih kecil dia bisa membelanjakan sesuai dengan kebutuhan.
"Kan kalau ambil yang dua puluh ribu lebih enak, efisien dan efektif," ungkap Desi.
Dalam seminggu, Desi bisa mengambil uang di mesin ATM pecahan Rp20.000 hingga empat kali. Dia mengaku sangat terbantu dengan mesin ATM seperti ini. Terlebih berada di tempat dia bekerja.
1 dari 2 halaman
Penyelamat Saldo Cekak
Manfaatnya lebih terasa saat menjelang akhir bulan. Sebab, tidak jarang sisa saldo di ATM tidak bisa diambil di mesin ATM dengan pecahan Rp50.000 atau Rp100.000.
"Apalagi kalau menjelang akhir bulan kan, itu berguna banget," ungkap Desi.
Selain digunakan pegawai Bank Mandiri, ATM dengan pecahan Rp20.000 banyak dimanfaatkan warga sekitar Gedung Sentra Mandiri. Salah satunya warga Pasir Kali yang jaraknya hanya 500 meter.
Hanya saja, mereka menggunakan ATM usai jam kerja atau di akhir pekan. Alasannya, segan jika datang di jam, kerja. "Di sini kan kantoran, enggak enak kalau ngambil cuma Rp20.000," tutur Haris, petugas keamanan Gedung Sentra Mandiri kepada merdeka.com.
Sehingga mereka biasanya datang di malam hari atau di hari libur. Apalagi akses menuju ATM terbuka untuk umum selama 24 jam.
Menjelang akhir bulan, ATM dengan pecahan Rp20.000 jadi favorit lantaran jadi alternatif saat saldo cekak. Haris pun merasa terbantu dengan ATM tersebut.
Sayangnya, kata Haris, ATM dengan pecahan kecil sangat minim. Hanya ada di beberapa kantor pusat Bank Mandiri. Seharusnya, ATM sejenis juga banyak ditempatkan di beberapa tempat yang lebih mudah dijangkau masyarakat menengah ke bawah.
"Kalangan bawah kan punya ATM isinya pas-pasan, sisa uang cuma dua puluh atau empat puluh ribu tapi enggak bisa diambil," ungkap Haris.
Selain pegawai, ATM dengan pecahan Rp20.000 sangat dinanti mahasiswa. Diceritakan Endah, alumni UIN Syarif Hidayatullah ini merasa terbantu dengan kehadiran ATM pecahan uang kecil.
Mesin ATM dengan pecahan uang Rp20.000 pertama kali ada di kampusnya pada tahun 2014. Dikeluarkan oleh Bank BNI. Bagi mahasiswa, keberadaan ATM dengan pecahan kecil berguna untuk mengatur keuangan.
Endah mengaku sengaja mengambil uang kiriman orangtuanya dengan pecahan Rp20.000. Dalam sehari dia hanya membawa selembar uang dua puluh ribu untuk jajan. "Jadi biar aman, biar enggak boros," kata dia.
ATM pecahan Rp20.000 ini juga sangat membantu jika sisa saldonya cekak dan belum mendapat kiriman. Dia masih bisa memaksimalkan pengambilan uang jika uang di tabungannya kurang dari Rp100.000. "Di saat kelaparan, enggak punya uang, bisa ngambil uang di ATM dua puluh ribu itu anugerah," ceritanya.
ATM serupa juga terdapat di Gerai ATM Bank DKI, Komplek Balai Kota DKI Jakarta. Esti, pegawai Pemprov DKI Jakarta sengaja mengambil uang tunai pecahan Rp20.000 untuk keperluan sehari-hari. Dia merasa terbantu lantaran tidak mudah menukar uang nominal besar dengan uang receh.
"ATM ini membantu juga sih, saya jadi punya uang receh," kata Esti kepada merdeka.com.
Pegawai Pemprov DKI lainnya Ananda juga sengaja mengambil uang dari ATM dengan pecahan Rp20.000 untuk kebutuhan sehari-hari. Membelanjakan uang dua puluh ribuan memudahkannya saat bertransaksi di warung. Sebab, tak sedikit pedagang yang meminta dibayar dengan uang pecahan kecil.
"Kalau pakai uang Rp 50.000 itu kan suka ditanya (pedagang) ada uang kecil apa enggak," kata dia.
2 dari 2 halaman
ATM Klasik di Era Digital
Penemu Automated Teller Machine atau ATM masih jadi perdebatan. Mesin ATM pertama kali dibuat oleh Luther George Simijian ilmuwan asal Turki yang tinggal di Amerika Serikat. Kala itu mesin ini bernama Bankograph.
Mengutip Historia.id, mesin ini pertama kali dipakai selama 6 bulan oleh City Bank of New York yang saat ini dikenal City Bank pada tahun 1960. Nama John Shepherd-Barron, seorang direktur percetakan dokumen-dokumen keuangan De La Rue di Inggris juga disebut-sebut sebagai penemu mesin ATM. Karyanya kemudian dipasang di Enfield, London Utara, Inggris.
Pada tahun 1977 mesin ATM meraih popularitas setelah diluncurkannya di Queens New York oleh Citibank. Sejak saat itu perkembangan mesin penarik uang tunai ini mulai bermunculan di cabang Citibank di berbagai negara.
Perkembangan teknologi perbankan itu tak lantas dapat diterima di tanah air. Sebelum dipakai bank nasional, penggunaan mesin ATM pertama kali dilakukan oleh Bank Dagang Bali (BDB). Sebuah bank daerah yang menjalin kerja sama dengan Chase Manhattan Bank.
Citibank Indonesia pun mengusul BDB memasang mesin ATM. Lalu disusul Bank Niaga pada tahun 1986. Dua tahun berikutnya Bank Central Asia (BCA) ikut memberikan layanan ATM untuk nasabahnya.
Di era tahun 90-an, berbagai bank memberikan layanan ATM dengan uang pecahan Rp 20.000. Layanan uang pecahan ini pertama kali dilakukan oleh Bank BNI.
Di era serba digital, bank plat merah ini pun hingga kini masih memiliki 104 mesin ATM dengan pecahan Rp20.000. Tersebar di beberapa lokasi seperti kampus, tempat perbelanjaan dan kantor cabang tertentu.
"Sebagian besar ditempatkan di lokasi-lokasi dengan kebutujan akan pecahan Rp 20.000 yang tinggi," kata Corporate Secretary BNI, Meiliana kepada merdeka.com di Jakarta, Selasa (11/2).
Dari 104 ATM pecahan Rp20.000 tersebut, sebanyak 12 unit ada di daerah Banten dan sekitarnya, dan 11 ATM berada di daerah Malang, Jawa Timur.
Di Jakarta terdapat 16 lokasi ATM Bank BNI dengan pecahan Rp 20.000. Tersebar di Galeri LTC Glodok 1, KCU Jakarta Kota 2, Gallery Mangga Dua Mall 4, KCU Senayan 4, Gallery Kantor Besar 5, KLN Senayan City 1, KCU Gambir 2, KCU Kramat 3, Wisma Makara, KLN Cilandak, KCP Bona Indah 4, KCU Fatmawati 6, Gallery ATM Pasar Pagi 1, KLN Pasar Koja 5, KC Tanjung Priok, dan Gallery Artha Gading 1.
Di Depok, Jawa Barat, terdapat enam lokasi yaitu KCU Margonda 2, Balairung UI Depok 2, Margo City Depok, KC UI Depok III, KLN Depok II-2. Sementara di Jogjakarta ada 4 lokasi yaitu KLN UPN Veteran, Cabang Universitas Gajah Mada 2, Cabang Yogyakarta 1, Cabang Yogyakarta 2.
Cabang Lainnya yaitu Gallery IPB Dramaga 14 (Bogor), KC Sukabumi 1 (Sukabumi), KC Cirebon 1 (Cirebon), Stasiun Kereta Api dan Kampus Poltek (Jember), KC Magelang 3 (Magelang), Capem Jatinangor 1 (Sumedang), Kampus Unlam (Banjarmasin), Unlam Pasca Sarjana (Banjar Baru), Cabang Balikpapan 3 (Balikpapan), Jalan HR Bunyamin 1 (Banyumas), Cabang Manado 5 (Manado), Cabang Medan 3 (Medan), Cabang Palu 4 (Palu), dan Gallery Mall Lembuswana 9 (Samarinda).
Bank milik Pemprov DKI Jakarta juga masih melayani uang pecahan Rp 20.000 di mesin ATM. Salah satunya berlokasi di Balaikota DKI Jakarta.
Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Herry Djufraini menyampaikan, layanan penarikan uang tunai ATM pecahan Rp20.000 masih disediakan untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat termasuk untuk usia pelajar seperti penerima Kartu Jakarta Pintar maupun Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul.
"Kita tempatkan di beberapa lokasi segmented seperti di Universitas Pamulang," ujar Herry dikutip keterangan resminya di Jakarta, Selasa (11/2).
PT Bank Mandiri (Tbk) juga masih memiliki mesin ATM dengan pecahan Rp 20.000. Terdapat di empat kantor pusat Bank Mandirin di Jakarta, seperti seperti di Plaza Mandiri Jl. Gatot Subroto, Sentra Mandiri Jl. RP Suroso, Wisma Mandiri Jl. Kebon Sirih dan Menara Mandiri Jl. Jenderal Sudirman.
Sekertaris Perusahaan PT Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan ATM pecahan Rp20.000 masih dibutuhkan masyarakat. Meski begitu, ATM ini dirasa lebih cepat habis dan tidak efisien.
Sebab, jumlah lembaran uang yang ada di mesin ATM Rp20.000 sama dengan ATM dengan nominal lainnya. Sehingga secara pengeluaran operasionalnya lebih mahal. "Nah itu yang bikin tidak efisien," kata Rohan saat dihubungi merdeka.com.
Penempatan ini dalam rangka mengurangi biaya pengeluaran mesin ATM. Sengaja diletakkan di kantor pusat karena tidak perlu lagi menyewa tempat untuk mesin ATM.
Melihat banyaknya nasabah yang masih membutuhkan uang receh, Bank Mandiri justru ingin menggunakan nominal yang lebih rendah seperti Rp 10.000. Hanya saja rencana ini masih terganjal dengan jumlah lembaran uang yang ditampung dalam mesin ATM. Sehingga itu membuatnya mengurungkan niat.
"Tapi kan kalau ambil Rp500 ribu sudah 50 lembar, sementara isi box-nya cuma berapa," tutur Rohan.
[idr]