https://statik.tempo.co/data/2020/01/31/id_911092/911092_720.jpg
Nike Vaporfly yang dilarang oleh World Athletics karena mengandung tiga lapisan karbon. Badan atletik itu hanya membolehkan adanya satu lapisan kaku. (Nike.com)

World Athletics Larang Sepatu Nike Vaporfly untuk Lomba, Kenapa?

by

TEMPO.CO, Jakarta - Badan atletik dunia atau World Athletics mengumumkan perubahan signifikan pada peraturan tentang sepatu lari. Dalam siaran pers yang dirilis Jumat, 31 Januari 2020, World Athletics melarang penggunaan varian sepatu lari Nike Vaporfly dan memperkenalkan batasan ketat pada teknologi yang dikembangkan pada sepatu untuk kompetisi.

, nama baru IAAF sejak November 2019, mengatakan bahwa denganWorld Athletics efek langsung, sepatu lari harus memiliki sol tidak lebih tebal dari 40mm dan tidak mengandung lebih dari satu pelat kaku. Sepatu Vaporfly yang digunakan oleh pelari Kenya Eliud Kipchoge dalam lomba lari maraton dan rekan senegaranya, Brigid Kosgei, saat memecahkan rekor dunia maraton wanita, menggunakan tiga lapis lempeng karbon.

Peraturan baru itu juga menyatakan bahwa, mulai 30 April 2020, sepatu apa pun yang digunakan dalam kompetisi harus telah tersedia untuk umum empat bulan sebelumnya.

Wasit kejuaraan berhak meminta atlet menyerahkan sepatu mereka untuk diperiksa pada akhir perlombaan jika wasit mencurigai sepatu yang dikenakan atlet tidak mematuhi aturan.

Penelitian yang dilakukan World Athletics menyimpulkan bahwa teknologi baru dapat memberikan peningkatan penampilan atlet sehingga menimbulkan kekhawatiran bisa mengancam integritas olahraga. Nike belum memberikan tanggapan atas peraturan baru itu.