https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/04/24/76324c64-d1b9-4e44-9d46-c703cd953870_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Chris Ratcliffe)

Poundsterling Tegar Hadapi Brexit & Virus Corona di Inggris

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs poundsterling kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (31/1/2020), beberapa jam menjelang "perceraian" Inggris dengan Uni Eropa atau yang dikenal dengan istilah Brexit. Pada pukul 20:20 WIB, poundsterling menguat 0,27% ke US$ 1,3127 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Perceraian itu secara resmi akan berlangsung pukul 23:00 GMT. Dalam tiga tahun terakhir, pasar finansial Inggris sangat dipengaruhi oleh proses perundingan Brexit. Ketidakjelasan arah Brexit membuat pasar naik-turun. Kini, kejelasan muncul berupa keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada 31 Januari dengan masa transisi hingga akhir 2020.

Dari sudut pandang pelaku pasar, kepastian adalah hal yang penting, sehingga poundsterling masih mampu menguat. Apalagi selama masa transisi Inggris masih dalam satu serikat kepabean tetapi sudah tidak terlibat dalam urusan politik, sehingga perdagangan internasional Inggris belum akan terpengaruh.

Pelaku pasar memang sudah siap menghadapi Brexit, hal tersebut terlihat dari masuknya aliran modal ke saham dan reksa dana di Inggris. Berdasarkan data EPRF Global, sejak Partai Konservatif memenangi pemilu bulan lalu, aliran modal yang masuk ke saham dan reksa dana sebesar US$ 1,9 miliar, sebagaimana dilansir Bloomberg.

Yang terpenting bagi pelaku pasar saat ini bukanlah Inggris keluar dari Uni Eropa, tetapi perundingan dagang selama masa transisi yang akan dilakukan selama masa transisi apakah Inggris akan mendapat kesepakatan yang bagus atau tidak. Selama itu berlangsung Inggris masih dalam satu serikat kepabeanan tetapi sudah tidak terlibat dalam urusan politik.

Penguatan poundsterling terlihat sejak Kamis kemarin setelah pengumuman kebijakan moneter bank sentral Inggris (Bank of England/BoE). Penguatan tersebut membuat poundsterling menghentikan pelemahan lima hari beruntun.

BoE dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis kemarin mempertahankan suku bunga sebesar 0,75%, tetapi yang membuat poundsterling menguat adalah hasil voting Monetary Policy Committee (MPC) terkait suku bunga tersebut.

Dari sembilan anggota MPC, hanya dua orang yang memilih suku bunga dipangkas, jumlahnya sama dengan saat pengumuman kebijakan moneter akhir tahun lalu. Itu artinya belum banyak perubahan mengenai outlook suku bunga BoE, belum ada suara tambahan yang ingin suku bunga dipangkas.

Sejak pekan lalu, pelaku pasar memprediksi akan semakin banyak anggota MPC yang meminta suku bunga diturunkan, hal tersebut membebani pergerakan poundsterling. Kini beban tersebut sudah lepas dan poundsterling berpeluang terus menguat. Poundsterling juga masih menguat setelah Inggris melaporkan kasus virus Corona hari ini.

"Kami mengkonfirmasi dua pasien di Inggris yang berasa dari keluarga yang sama, positif menderita virus Corona," Kata Chief Medical Officer Inggris, Chris Whitty dalam rilis sebagaimana dilansir CNBC International.

Laporan tersebut kurang dari 24 jam setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang mengumumkan status darurat international untuk virus Wuhan ini. Di China, 213 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut, dan menjangkiti nyaris 10.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International.

Virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut telah menyebar ke berbagai negara, dan yang terbaru sudah sampai di Inggris. Akibatnya bursa saham Inggris melemah, tetapi poundsterling masih tetap tegar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)