Cerita Pilu dari Korban Terdampak Virus Corona

by
https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2020/01/31/1144383/670x335/cerita-pilu-dari-korban-terdampak-virus-corona.jpg
Penanganan pasien virus corona di Wuhan. ©THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO/Handout via REUTERS

Merdeka.com - Korban terdampak wabah virus Corona, Shi Muying hanya ingin menghabiskan waktu liburan Tahun Baru Imlek terakhir dengan ibunya yang saat ini sakit parah.

Shi terbang dari Inggris, tempat dia tinggal dan bekerja, ke kota asalnya, Wuhan, sebuah kota metropolitan yang luas di China tengah. Shi melakukan itu demi menghabiskan musim perayaan Imlek bersama keluarganya. Selama 24 jam, Shi duduk di samping tempat tidur ibunya yang tengah dirawat di rumah sakit.

Di sekitarnya, semakin banyak saja orang yang sakit karena virus corona. Meski begitu, Shi tidak terlalu khawatir. Apalagi pihak berwenang China mengatakan bahwa wabah itu dapat dicegah dan dikendalikan.

Namun, setelah tiga minggu Shi tiba di China, faktanya terlihat jelas jika wabah yang menyerang Wuhan tidak terkendali. Virus ini telah menyebar ke setiap provinsi dan wilayah di China, di seluruh Asia, sejauh Eropa bahkan hingga Amerika Serikat.

Virus ini telah menginfeksi lebih dari 7.700 orang dan menewaskan sedikitnya 170 orang. Wuhan telah dikurung ketat, hampir seluruh aksesnya ditutup dari dunia luar.

Pada hari Senin, hasil awal menunjukkan Shi juga bisa terinfeksi virus corona. Meski begitu, Shi lebih mengkhawatirkan keluarganya. Terutama kedua orang tuanya. Ayah Shi yang berusia 67 tahun yang tampaknya juga telah terinfeksi virus, sementara begitu juga dengan ibunya yang sudah tua. Bahkan bangunan rumah sakit tampak lesu menampung serbuan pasien virus corona.

Terlihat jelas jika Shi dan yang lainnya telah menjadi korban krisis perawatan kesehatan masyarakat.

1 dari 1 halaman

Awal Mula Wabah Virus Corona

Ketika Shi tiba di China pada 10 Januari, wabah virus corona sudah terjadi. Pada saat itu, sejumlah orang di Wuhan telah terserang virus misterius yang tampak mirip seperti sindrom pernafasan akut parah (SARS). Sejenis virus corona yang berasal dari China selatan pada 2003, yang pada saat itu menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan membunuh 774 di seluruh dunia.

Pada 7 Januari, para ilmuwan China mengidentifikasi patogen sebagai novel corona virus. Dua hari setelahnya, kematian pertama terjadi.

Tetapi seminggu kemudian, Shi mengatakan jika ada seorang dokter yang menariknya ke samping. "Situasinya tidak baik, semua orang perlu memakai masker," kata dokter tersebut.

"Saya melihat dokter ini pergi sendiri ke keluarga pasien satu per satu, baru saat itulah kita menyadari betapa seriusnya masalah ini," kata Shi.

Pada 17 Januari 2020, ada 41 kasus yang dikonfirmasi di Wuhan. Pada 20 Januari, jumlah total kasus yang dikonfirmasi melonjak hingga 201 kasus di seluruh China, dan sudah tiga orang meninggal.

Virus corona juga ramai dibahas luas secara online selama periode itu, namun tidak menjadikannya berada di halaman depan surat kabar resmi pemerintah, People's Daily, hingga 21 Januari.

Pihak berwenang China melacak virus itu bersumber dari pasar yang menjual sejumlah hewan liar dan berada di Wuhan. Kini pasar tersebut telah di tutup. Pada 3 Januari, otoritas kesehatan kota mengatakan tidak ada tanda-tanda jelas penularan dari manusia ke manusia, dan tidak ada staf medis yang terinfeksi.

Kurang dari tiga minggu setelahnya, ceritanya berbeda. Pada 20 Januari, pakar yang ditunjuk China, Zhong Nanshan mengatakan bahwa ada bukti jika virus bisa ditularkan antar manusia. Walikota Wuhan, Zhou Xianwang, kemudian mengakui bahwa informasi tentang virus itu tidak dikomunikasikan dengan baik.

Di bawah hukum China, pemerintah daerah harus melaporkan wabah corona ini dengan penyebab yang tidak diketahui ke departemen kesehatan nasional dan mendapatkan persetujuan dari Dewan Negara sebelum mereka membuat pengumuman.

Reporter Magang: Roy Ridho

[noe]