https://akcdn.detik.net.id/visual/2020/01/28/1b4bd7d9-f9d1-46f0-a9ad-7fc198bca60f_169.jpeg?w=1280&q=90
Ilustrasi ibu stres/ Foto: iStock

Beda Baby Blues, Cemas, dan Depresi Pascamelahirkan

by

link telah dicopy
Jakarta - Setelah melahirkan, terjadi banyak perubahan di hidup seorang wanita. Itulah sebabnya seorang ibu baru harus bisa beradaptasi, Bunda.

Menurut psikolog Adisti F. Soegoto dari Mayapada Healthcare Jakarta Selatan, ketika bayi lahir, sebenarnya pada diri kita terjadi berbagai perubahan berbagai macam emosi. Ada perasaan senang, bahagia, dan bangga. Tapi di sisi lain, kehadiran bayi bisa buat lelah, kurang tidur, dan kita akan beradaptasi dengan pola baru.

"Nah, hal-hal semacam ini seringkali memicu stres," kata Adisti kepada HaiBunda beberapa waktu lalu.


Beberapa kondisi yang bisa terjadi karena stres ini adalah baby blues, postpartum depression, dan postpartum anxiety. Ketiga kondisi ini berbeda gejala dan penanganannya.

Adisti mengatakan, paling tidak setiap wanita tahu penyebab terjadinya masalah psikologi usai melahirkan. Sebab, mendeteksi lebih awal bisa mencegah terjadinya stres.

"Setidaknya kita sadar kemungkinan penyebabnya dan kita bisa mendeteksi lebih awal. Diskusikan dengan ahli untuk dipantau dan dicegah agar tidak mengalaminya,"" ujar Adisti.

Lalu apa beda baby blues, postpartum depression, dan postpartum anxiety? Dilansir Today's Parents, berikut penjelasannya:

1. Baby blues

Baby blues adalah perasaan khawatir, sedih, murung, lelah, dan mudah tersinggung dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Biasanya gejala ini ringan dan bisa berkembang dalam beberapa hari setelah melahirkan, dapat berlangsung hingga tiga minggu.

"Untuk membedakan antara baby blues dan Postpartum Depression (PPD) adalah dengan melihat waktu dan intensitasnya," kata Psikiater Ariel Dalfen, kepala Program Kesehatan Mental Perinatal di Toronto's Mount Sinai Hospital.

Jika gejalanya berlangsung lebih lama atau lebih dari dua hingga tiga minggu dan memengaruhi kemampuan ibu untuk merawat dirinya dan sang bayi, ini bisa menjadi tanda-tanda PPD. Sekitar 4 sampai 5 persen mayoritas wanita terkena baby blues.

Kebanyakan ibu dengan baby blues tidak membutuhkan perawatan. Namun, butuh istirahat cukup dan dukungan dari orang sekitar.

https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/06/09ae7a4a-99c2-4c0e-8a35-00a5837d134b_169.jpeg?w=1280
Ilustrasi ibu stres/ Foto: iStock

2. Postpartum depression (PPD)

Postpartum Depression (PPD) atau depresi pascamelahirkan adalah kondisi yang ditandai dengan hilangnya rasa senang atau berkurangnya minat dalam melakukan aktivitas. Hal ini juga disebabkan energi rendah atau kelelahan yang terus-menerus, misalnya karena menangis, perasaan bersalah, konsentrasi yang buruk, perubahan pola tidur, nafsu makan, kecemasan yang hebat, mudah marah atau pikiran untuk melukai diri sendiri atau bayi.

PPD terjadi dalam empat minggu hingga satu tahun setelah melahirkan. Wanita dengan riwayat keluarga, masalah kesehatan mental, kurang dukungan sosial, dan mengalami perubahan hidup besar saat melahirkan, menjadi yang paling berisiko.

"Antara 10 sampai 16 persen ibu baru bisa mengembangkan postpartum depression," ujar Dalfen.

Perawatan untuk kondisi ini adalah pengobatan dan terapi. Bisa juga kombinasi keduanya, Bun. Tapi yang paling penting dukungan keluarga dan orang sekitar ya.

3. Postpartum Anxiety (Kecemasan pascamelahirkan)

Gejala postpartum anxiety adalah rasa khawatir berlebihan, merasa seperti sesuatu yang buruk akan terjadi, dan perubahan tidur serta nafsu makan. Kondisi ini juga dapat menyebabkan gangguan panik yang ditandai dengan serangan panik dan bisa berlangsung selama 15 hingga 20 menit.

Selain itu, juga dapat menyebabkan kondisi obsessive-compulsive disorder (OCD) postpartum dan postpartum post-traumatic stress disorder (PTSD). Wanita dengan OCD postpartum memiliki pikiran atau gambaran yang mengganggu terkait dengan bayinya, serta perilaku seperti waspada dalam melindungi bayi mereka.

Sedangkan PTSD dapat terjadi pada wanita yang mengalami persalinan traumatis. Gejalanya adalah lekas marah, tingkat kewaspadaan tinggi, pikiran terganggu danĀ sulit tidur.

"Sekitar 17 persen ibu baru akan mengembangkan," terang Dalfen.

Simak juga tips mengatasi stres menikah dan punya anak di usia muda dari Mona Ratuliu, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Simak juga (ank/rdn)
link telah dicopy