Pede! Inggris Yakin Ekonomi Tetap Tokcer Pasca Brexit
by Rehia Sebayang, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Inggris yakin ekonominya tetap akan tumbuh meski tidak lagi bersama Uni Eropa (UE). Sebagaimana diketahui, Inggris resmi keluar dari UE, Jumat (31/1/2020) ini.
"Kami yakin ekonomi Inggris akan terus tumbuh dan berkembang setelah kami meninggalkan UE," kata Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins pada wartawan saat ditemui di Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia.
Pernyataan yang disampaikan Jenkins tersebut dikeluarkan setelah sebelumnya ekonomi Inggris mendapat banyak tekanan dari proses Brexit yang sulit. Bahkan, pada Agustus lalu ekonomi Inggris mencatatkan kontraksi untuk pertama kalinya sejak akhir 2012.
Rilis data resmi Agustus lalu menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) negeri itu pada kuartal kedua menyusut sebesar 0,2%. Namun begitu, Jenkins menegaskan bahwa tantangan pada ekonomi dari Brexit sudah berakhir.
Apalagi saat ini Brexit sudah secara jelas akan dilakukan dengan mulus karena sudah mendapat restu dari Parlemen Eropa. Selain itu, Inggris telah lebih siap untuk menghadapi goncangan yang akan dibawa Brexit.
"Ketidakstabilan di sekitar Brexit telah sedikit membayangi ekonomi selama 2-3 tahun terakhir, dan itu menekan pertumbuhan di luar dugaan kami," katanya.
"Ketidakpastian itu kini telah hilang. Arah kebijakan ekonomi dan perdagangan sekarang sangat jelas di bawah Perdana Menteri (Boris Johnson). Jadi kami yakin ekonomi akan terus berkembang."
Sebelumnya, pernyataan yang disampaikan Jenkins juga telah ditegaskan Perdana Menteri Inggris Boris Jhonson. Saat dokumen Brexit (Withdrawal Agreement Bill) disetujui UE Rabu (29/1/2020), ia mengatakan akan memastikan perjanjian perdagangan bebas komprehensif selama masa transisi berjalan.
Pasca Brexit, Inggris memiliki waktu penyesuaian (transisi) selama 11 bulan, hingga Desember. Selama periode ini, Inggris akan tetap tunduk pada hukum UE.
Tetapi akan dapat membentuk kesepakatan perdagangan baru dengan negara-negara lainnya. Di periode transisi ini juga, pihak di sisi Selat Inggris (English Channel) akan mungkin untuk membahas pengaturan perdagangan dan keamanan mereka di masa depan.
"Kami yakin. Perdana menteri yakin kami bisa lakukan dalam 11 bulan yang kami punya. Kepercayaan itu didasarkan pada fakta bahwa deklarasi politik sudah ditetapkan, kerangka kerja yang sangat jelas, untuk semua banyak bidang yang perlu kita bahas," katanya.
"Kami sudah tahu aturan yang perlu kami bicarakan, kami tahu isu apa dalam hal hubungan keamanan yang perlu kami perhatikan. Kami punya sejarah panjang negosiasi dalam lingkup UE. Jadi kami tahu menangani hal-hal ini."
(sef/sef)