https://statik.tempo.co/data/2020/01/23/id_908750/908750_720.jpg
Sejumlah Karyawan memakai masker saat berada di kawasan gedung BRI di Jakarta, Kamis, 22 Januari 2020. Sejumlah karyawan mengenakan masker karena terdapat isu bahwa adanya seorang karyawan Huawei yang terjangkit Virus Corona. TEMPO/M Taufan Rengganis

Panik Virus Corona di Indonesia, Dokter Ungkap Pasien Korban Hoax

by

TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran wabah virus corona Wuhan telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan internasional. Status itu diumumkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) setelah kasus pertama penularan antar manusia terjadi di Amerika Serikat.

Seluruhnya, per Kamis 30 Januari 2020, sebanyak 18 negara di luar Cina mengkonfirmasi adanya kasus infeksi virus corona baru itu. Sedang di Cina, kasusnya juga terus bertambah yakni 7.711 warganya telah tertular, dan 170 meninggal. Secara bersamaan, sebanyak 12.167 orang lainnya berstatus terduga dan 81.917 dalam pengawasan ketat medis.

Bagaimana di Indonesia? Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengumumkan bahwa hingga Kamis, 30 Januari 2020, belum ada yang terkonfirmasi terinfeksi virus yang sama. Yang banyak, justru, disinformasi tentang penularan wabah virus corona.

Itu seperti yang disampaikan Dekan FKUI Ari Fahrial Syam di Seminar Awam dan Media Wabah Coronavirus: Status Terakhir di Indonesia, di Gedung IMERI FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Kamis. "Sebanyak 70 persen dari informasi yang beredar di masyarakat saat ini adalah hoax," katanya.

Dampaknya, dia menambahkan, kepanikan yang tidak perlu. Ari mencontohkan pengalamannya sebagai dokter ahli penyakit dalam. Ada pasien yang datang kepadanya dengan keluhan sakit di tenggorokan dan bertanya-tanya mungkinkah dia terinfeksi virus corona.

"Saya jawab, 'Anda kena TB',” ujarnya disambut tawa peserta seminar. Ari langsung menambahkan, “Jadi itu ada yang datang ke saya, bukan karena kena virus, tapi karena dampak informasi yang beredar.”

Menurutnya, apa yang dilakukan masyarakat sebaiknya tetap tenang dan mengikuti sumber informasi yang tepat. “Kan sayang uangnya, jadi sia-sia, sudah datang membayar hanya untuk bertanya seperti itu," kata Ari lagi.

Erlina Burhan dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI juga mengungkapkan mendapat banyak pertanyaan dari pasiennya. Sebagian, karena panik, meminta diberikan vaksin untuk perlindungan dari virus corona Wuhan.

"Saya jawab, itu tidak boleh, karena virusnya saja kan baru ditemukan. Ingat vaksin virus itu juga belum ada,” kata Erlina menegaskan.

Menurut pakar paru itu, ada beberapa faktor yang bisa melegakan masyarakat di Indonesia. Erlina mengatakan Indonesia memiliki iklim tropis dengan sinar matahari sangat menyengat.

“Virus akan mati dalam kondisi panas. Kalau virus corona berada di udara dan kena panas, harusnya mati. Itulah sebabnya risiko di Indonesia lebih rendah,” katanya.