IHSG Jatuh Hampir 2%, BEI: Masih Wajar!
by Syahrizal Sidik, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Laju indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup tajam sepanjang perdagangan hari ini, Jumat (31/1/2020) di tengah sentimen meluasnya virus korona yang menjadi kecemasan global.
Data transaksi hingga pukul 15.39 WIB menunjukkan, IHSG terkoreksi 1,78% ke level 5.947,53. Transaksi perdagangan saham mencapai Rp 5,82 triliun dari 8,11 miliar saham yang ditransaksikan.
Melemahnya IHSG tak seirama dengan laju bursa saham di Asia, antara lain indeks Hang Seng yang menguat 0,99%. Secara year to date, IHSG masih melemah 5,66%.
Pada penutupan perdagangan pukul 16.00 WIB, IHSG melorot 1,94% di level 5.940,05, dengan nilai transaksi Rp 8,08 triliun, dengan catatan jual bersih asing (net sell) mencapai Rp 1,85 triliun di semua pasar (pasar reguler Rp 1,75 triliun).
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo menilai terkoreksinya IHSG pada perdagangan hari ini masih terbilang wajar.
"Namanya juga pergerakan saham, masih dalam batas wajar," kata Laksono saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (31/1/2020).
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma berpendapat, ada pelbagai faktor yang menyebabkan pergerakan IHSG melemah hari ini.
Dari domestik, faktor penyebabnya antara lain dari dampak pemblokiran rekening efek belakangan ini. Hal ini menyebabkan nilai rata-rata transaksi harian di BEI turun.
Dia menerangkan, dari jumlah sub-rekening yang sudah dibekukan, nyatanya ada nasabah yang juga terdampak padahal tak terkait dengan portofolio investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
"Rekening dibekukan itu mesti jelas karena apa. Kalau tanpa alasan yang kuat dibekukan, maka bisa menimbulkan ketidakpastian bagi para investor dan menurunkan keyakinannya terhadap pasar modal di Indonesia," katanya.
Berdasarkan informasi yang beredar di kalangan investor, masalah permintaan pemblokiran rekening efek oleh Kejaksaan Agung telah dibahas bersama dalam Rapat antara Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) dengan Anggota Bursa pada Kamis, 23 Januari 2020.
Dalam rapat tersebut dibahas sekitar 1.000 sub rekening efek diblokir. Kejagung menyebut, jumlah rekening efek yang diblokir lebih kurang mencapai 800 rekening.
Selanjutnya, katalis negatif yang menekan IHSG dari sisi eksternal adalah kian meluasnya dampak dari virus korona yang telah menyebabkan 213 warga China tewas. Virus mematikan ini juga sudah meluas ke 21 negara dan membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan situasi darurat global.
"Virus korona langsung memperlemah harga komoditas karena ditakutkan bisa memperlemah ekonomi global," ungkap Suria kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/1/2020).
Sebelumnya, Hans Kwee, Direktur PT Anugerah Mega Investama, menilai IHSG masih tertekan akibat aksi jual reksa dana yang di bubarkan.
"Beberapa saham blue chip yang ada di dalam list produk yang di bubarkan telah mengalami tekanan jual. Lebih dari 35 reksa dana yang NAB-nya turun lebih dari 50% ketika melakukan rebalancing untuk mengembalikan dana nasabah juga pasti akan menekan Indeks ke depannya. Belum lagi pembekuan 800 rekening nasabah kami perkirakan akan menimbulkan sentimen negatif di pasar," tegasnya.
(tas/tas)