https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/02/09/11d38a20-0f74-4c93-b1f3-a3ca09cbf103_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Siap-siap! Obligasi Korporasi Rp 8,5 T Bakal Guyur Pasar

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerbitan obligasi korporasi masih semarak. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, setidaknya di pipeline terdapat 11 perusahaan yang akan menerbitkan obligasi korporasi dengan target dana yang dihimpun sekitar Rp 8,52 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna merinci, ada 12 obligasi dan sukuk (obligasi syariah) yang akan sudah ada dalam pipeline tersebut. Hanya, Nyoman tak merinci lebih lanjut perusahaan mana saja yang akan menerbitkan instrumen surat utang tersebut tahun ini.

Managing Director Mandiri Sekuritas, Andy Bratamihardja menyatakan, penerbitan obligasi korporasi masih cukup ramai pasalnya perusahaan membutuhkan pendanaan jangka panjang melalui Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) maupun untuk membiayai kembali utang (refinancing) yang jatuh tempo.

Menghimpun dana melalui obligasi juga lebih dipilih korporasi karena pertimbangan bunga yang lebih kompetitif daripada perbankan.

"Dengan menerbitkan obligasi cashflow [arus kas] perusahaan lebih enteng, biasanya sudah ada PUB, jadi sudah diprediksi kapan terbitnya," kata Andy kemarin.

Selain itu, di tengah arah kebijakan bank Sentral AS, The Federal Reserve yang masih longgar alias dovish dan terbukanya pelonggaran moneter Bank Indonesia melalui kebijakan bunga membuat imbal hasil obligasi masih lebih menarik ketimbang saham.

Menurut Direktur Utama CSA Institute, Aria Samata Santoso, imbal hasil obligasi Indonesia masih menarik dengan yield yang relatif besar dan risiko yang terukur, terutama di instrumen obligasi yang diterbitkan pemerintah.

Misalnya saja, menurut data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) per 30 Januari 2020 imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun imbal hasilnya sebesar 6,9%. Sedangkan, imbal hasil obligasi korporasi dengan tenor yang sama dengan peringkat AAA spread-nya sebesar 118 basis poin.

"Ekses likuiditas selanjutnya baru kemungkinan akan kembali masuk ke bursa saham," kata dia kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/1/2020).

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)