Cabut dari Uni Eropa, Inggris Minati Garap Sawit Bareng RI

by
https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/01/31/8733438a-6f09-4b89-bb28-b2f2e0bc55dd_169.jpeg?w=700&q=80
Dubes Inggris untuk RI dan Timor Leste Owen Jenkins/Foto: Danang Sugianto/detikcom

Jakarta -

Keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa membuka peluang bagi industri sawit Indonesia. Sebagaimana diketahui saat ini produk sawit RI dilarang masuk Eropa.

Duta besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, saat ini Inggris masih mengacu aturan dan kebijakan Uni Eropa hingga 11 bulan ke depan. Meskipun pada Jumat pukul 23.00 waktu setempat Inggris resmi keluar dari Uni Eropa.

Sebab setelah resmi keluar, Inggris memerlukan waktu untuk mengatur ulang kebijakan hubungan kerja sama. Waktunya diberikan selama 11 bulan, itu artinya kebijakan Uni Eropa bagi Inggris masih berlaku selama 11 bulan ke depan termasuk urusan sawit.

"Jadi regulasi dari Uni Eropa masih terus diberlakukan bagi Inggris dan regulasi tentang biofuel termasuk di dalamnya," tuturnya.

Namun Inggris melihat industri kelapa sawit begitu penting bagi Indonesia. Menurut Jenkins industri ini mempekerjakan 20 juta orang di Indonesia dan memiliki dampak yang cukup besar bagi ekspor RI.

"Jadi ini penting dalam neraca dagang Indonesia dan bagi nilai sosial di Indonesia. Kami tahu betul itu," tuturnya.

Sayangnya Inggris masih terikat dengan kebijakan Uni Eropa selama 11 bulan ke depan. Namun menurutnya Inggris bisa membuka peluang bagi industri sawit Indonesia jika proses transisi sudah selesai.

"Setelah masa transisi terlewatkan, kami akan kaji kembali hal itu," tegasnya.

Pihaknnya menyambut baik upaya yang dilakukan Indonesia dalam mengatasi deforestasi akibat industri kelapa sawit. Hal itu sejalan dengan fokus Inggris yang mementingkan industri berkelanjutan.

Simak Video "Inggris Cerai dengan Uni Eropa 31 Januari 2020"
[Gambas:Video 20detik]
(das/hns)