Gundah Gulana Wishnutama pada Pulau Komodo

by
https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/01/6c58b9a6-2222-46ee-99cb-7e8a47af9bcd_169.jpeg?w=780&q=90
Wishnutama saat mengunjungi Taman Nasional Komodo (dok Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)

Jakarta - Ada yang mengganjal perasaan Menparekraf Wishnutama setelah kunjungannya ke Pulau Komodo di Labuan Bajo, NTT. Apa itu?

Akhir bulan November kemarin, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama bersama wakilnya Angela Tanoe melakukan kunjungan kerja ke Labuan Bajo. Labuan Bajo sendiri masuk dalam 5 Destinasi Super Prioritas.

Selama di Labuan Bajo, Wishnutama memantau perkembangan pembangunan pariwisata di sana, seperti pelabuhan hingga landasan pacu bandara.

Dirinya juga mampir ke Taman Nasional Komodo, di sana Wishnutama mengunjungi Pulau Komodo. Di situlah, ada beberapa hal yang dinilainya menjadi catatan penting.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/01/baccd082-0338-4d2d-a771-faabb9d3411e.jpeg?a=1

"Saya selalu kepikiran desa di Pulau Komodo. Bayangin, Pulau Komodo terkenal di dunia, tapi di desanya ada banyak hal yang memprihatinkan," katanya dengan nada yang berat kepada detikcom, Sabtu (7/12) malam kemarin.

Desa yang dimaksud adalah Desa Komodo di Pulau Komodo. Ada 2.000 jiwa penduduk di Pulau Komodo yang terbagi dalam 500 KK, 1 desa, 5 dusun dan 10 RT. Perlu diketahui, warga desanya sudah lama menempati Pulau Komodo, jauh sebelum Pulau Komodo ditetapkan sebagai kawasan taman nasional.


Warga Desa Komodo mayoritas bermata pencaharian sebagai pelaku wisata. Ada yang menyewakan kapal, menjadi naturalis guide, menjual suvenir seperti patung komodo hingga menawarkan jasa operator tur.

Hanya saja menurut Wishnutama, masih banyak yang kurang di Desa Komodo. Pun untuk urusan pariwisata.

"Kalau ada kapal pesiar yang datang ke Pulau Komodo dan mau beli suvenir, itu harus pakai cash rupiah. Mereka (turis) tidak punya rupiah, melakukan pembayaran dengan cara lain juga tidak bisa. Hasilnya, turis keluar uang hanya untuk masuk tiket masuk ke Pulau Komodo," paparnya.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/01/e8e98c24-191a-42bb-8cdc-a67268416d9a.jpeg?a=1

BACA JUGA: Wishnutama Bicara Masalah Kapal Pesiar di Indonesia

Selain itu menurut Wishnutama, masih banyak potensi pariwisata dan ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan di Pulau Komodo serta di Labuan Bajo. Saat di sana, Wishnutama menemui para pelaku ekonomi kreatif.

"Saat itu di Labuan Bajo, ada yang datang dengan menempuh perjalanan 150 km. Antusias mereka sangat besar lho. Kita lalu bertukar pikiran, ternyata mereka punya banyak potensi. Ini harus dikembangkan," tegasnya.

Oleh sebab itu, Wishnutama ingin membuat suatu tempat berkonsep creative center. Tempat itu nantinya jadi wadah bagi para pelaku ekonomi kreatif. Ada yang menjajakan kopi asli Flores, menampilkan pentas tarian, menawarkan banyak suvenir, dan lainnya.

"Nanti bisa juga sekaligus jadi destinasi wisata. Saya sudah bicara ke Menteri PUPR Pak Basuki, beliau setuju. Tempatnya masih kita cari, kalau bisa yang menampilkan lanskap alam cantik," tuturnya.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/01/f3073217-5f6e-4944-abf3-5c4723e123a6.jpeg?a=1

BACA JUGA: Labuan Bajo Jadi Wisata Super Premium, Wishnutama: Jangan Khawatir

Untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif di Pulau Komodo dan Labuan Bajo, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tak bisa sendiri. Wishnutama mengaku meminta bantuan atau sinergi pada kementerian lainnya yang terkait seperti Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta dari Kementerian Ketenagakerjaan.

"Nanti kita buat semacam coaching clinic, ada banyak pakarnya. Kita kembangkan potensi anak-anak mudanya, dari potensi ekonomi kreatif, kuliner, fashion, sampai videografi," ungkap Wishnutama.

Wishnutama menekankan, pembangunan pariwisata tak sekadar infrastruktur. Masyarakat juga harus dikembangkan, karena tujuan dari pariwisata adalah untuk menjadi pemasukan ekonomi bagi masyarakat.

"Pariwisata tanpa didukung masyarakat, itu berat. PR kami sekarang, bagaimana pariwisata bisa melibatkan masyarakat, memberikan dampak perekonomian seperti lapangan kerja. Insya Allah saya akan balik lagi ke Pulau Komodo, ke desanya," tutupnya.

Simak Video "Mantab! Bule Tolong Elang Malang Tak Sanggup Terbang"
[Gambas:Video 20detik]
(aff/aff)