https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/01/15/fd66c611-9877-4f9e-a2dd-e12d22ef2527_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Investor Cari Posisi Aman, Wall Street Dibuka Melemah Tipis

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada pembukaan perdagangan Senin (9/12/2019), setelah investor mengambil jeda aksi pembelian yang sudah berlangsung selama tiga hari berturut-turut.

Pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 40 poin (0,1%), dan surut menjadi hanya 8,7 poin (-0,03%) ke 28.006,36 selang 20 menit kemudian. Indeks Nasdaq menguat 19 poin (0,22%) ke 8.675,57 sementara indeks S&P 500 naik 1,62 poin (0,05%) ke 3.147,71.

Koreksi di awal pekan ini terjadi setelah penguatan beruntun pekan lalu yang dipicu oleh data tenaga kerja AS yang melampaui eksektasi analis, dengan membukukan 266.000 lapangan kerja baru. Hari ini, saham sektor energi menjadi pemberat utama di indeks S&P 500, dengan melemah 0,9%.  

"Kami terkesima melihat serangan balik terhadap pergerakan bullish ini... Pekan lalu ketika tekanan jual meninggi, situasinya tak cukup intens untuk mengubah outlook positif di bursa," tutur Kepala Teknisi Pasar MKM Partners JC O'Hara, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Pada sesi perdagangan Senin, fokus investor beralih pada kian menipisnya prospek kesepakatan dagang antara AS dan China, dengan kurang dari sepekan sebelum Washington menerapkan tarif tambahan terhadap produk China.

Asisten Menteri Perdagangan China Ren Hongbin pada Senin mengatakan bahwa pihaknya ingin meneken kesepakatan dengan AS "secepat mungkin." Komentar tersebut muncul setelah ekspor China tertekan empat bulan berturut-turut pada November.

Larry Kudlow, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih kepada CNBC pada Jumat pekan lalu mengatakan bahwa kedua belah pihak "mendekati" kesepakatan, sembari menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump siap "menjauh" jika beberapa kondisi tertentu tak terpenuhi.

Kudlow juga mengonfirmasi bahwa tenggat waktu pengenaan tarif tambahan terhadap produk China senilai total US$ 156 miliar masih dipertahankan.

TIM RISET CNBC INDONESIA





(ags/ags)