https://akcdn.detik.net.id/visual/2019/12/08/11c207ba-f0c3-4401-a669-99ccc27ca7c3_169.jpeg?w=1280&q=90
Orang tua dan anaknya/ Foto: iStock

Efek Buruk Sering Membandingkan Anak, Ancam Masa Depannya

by

link telah dicopy
Jakarta - Setiap anak tentu memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam mengasuh lebih dari satu anak, orang tua dituntut untuk mengenali perbedaan karakteristik ini.

Meski terlahir dari orang tua yang sama, setiap anak dalam keluarga memiliki perbedaan satu sama lain, Bun. Mereka tidak bisa tumbuh sama persis, secara fisik, kepribadian maupun kecerdasannya. Itu sebabnya, tidak boleh dibanding-bandingkan kelebihan dan kekurangannya.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology mengungkapkan jika membanding-bandingkan anak bisa membahayakan mereka seumur hidup. Tim peneliti mendorong orang tua untuk berhenti melakukan hal ini pada anak-anaknya.


"Keyakinan orang tua tentang anak mereka bukan cuma soal pola asuh, tapi apa yang dapat memengaruhi mereka kelak," kata salah satu peneliti, Alexander Jensen, dikutip dari Medical Daily.

Dalam penelitian juga ditemukan jika banyak orang tua menganggap anak pertama mereka lebih pintar dibanding saudara-saudaranya. Menurut Jensen, anak sulung cenderung belajar membaca, menulis lebih awal, serta mampu meyakinkan orang tua jika mereka bisa melakukan apapun.

"Orang tua cenderung melihat kakak tertua lebih mampu, padahal rata-rata saudara yang lebih tua selalu memiliki prestasi yang lebih baik di sekolah daripada saudara yang lebih muda," kata Jensen.

Sedangkan menurut pakar parenting Dr.Justin Coulson, orang tua yang sering membandingkan anak dan saudaranya tidaklah selalu buruk.

Kita dapat mengevaluasi kemajuan anak dengan membandingkan kekuatan dan kelemahan dan melihat perbedaan ini dengan cara pandang positif.

"Akan sangat menyenangkan melihat, misalnya tinggi badan seorang anak dibandingkan dengan saudaranya," ujar Coulson, dilansir Essential Kids.

https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/08/dee2e9be-51f8-4918-911a-524e2ae8fb20_169.jpeg?w=1280
Orang tua dan anaknya/ Foto: iStock

Namun, jika perbandingan mulai mengarah pada penilaian dan evaluasi yang membuat anak merasa sombong atau malu, artinya orang tua mulai masuk ke wilayah berbahaya. Psikolog klinis ally-Anne McCormack mengatakan jika dalam mengadu domba satu sama lain, mungkin saja orang tua telah mengabaikan sesuatu.

"Kita mungkin mengabaikan kemampuan atletik seorang anak karena terlalu fokus membandingkan keterampilan akademiknya," ujarnya.

Anak-anak yang terus menerus dibandingkan dengan saudaranya, kemungkinan tidak akan menghargai dirinya sendiri. Mereka akan merasa rendah dibandingkan dengan saudaranya.

"Anak-anak menghargai pendapat orang tuanya. Sebelum mereka bisa memberikan opini, mereka mendengar suara kita. Jika kita terus berkata, 'Kamu tidak sebagus kakakmu', maka itu akan diingat anak," kata McCormack.

Menurut Coulson, membandingkan anak sama seperti mengajarkan kepada mereka bahwa hidup adalah kompetisi. Anak akan berpikir ada seseorang yang lebih baik dari mereka.

"Ini merusak harga diri, mengurangi motivasi, dan meningkatkan kecemasan pada anak," ucap Coulson.

https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/06/bf18bcf5-9c5e-4dee-b9b2-5f533e244ed0.jpeg?a=1

Simak juga manfaat balet untuk anak di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rap)
link telah dicopy