https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/12/12/e20f1ad0-1f4f-4ac2-a529-da063f580a52_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Tokopedia (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Pertarungan Sengit, E-Commerce RI Ada yang Gulung Tikar

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (Indonesian E-Commerce Association/idEA) Ignatius Untung mengungkap bisnis di e-commerce sangat dinamis. Beberapa pelaku e-commerce mengaku mengalami pertumbuhan. Namun yang lainnya justru mengalami penurunan, bahkan berpotensi gulung tikar.

Ignatius mengatakan gejala e-commerce di Indonesia sekarang berada di tahap persaingan tingkat lanjut. Persaingan kian ketat karena Indonesia mempunyai 12 marketplace, lebih banyak dibanding China dan Amerika antara 2-3 marketplace.

"Jadi, sudah mulai masuk ke era konsolidasi merger, akuisisi dan mungkin juga ada yang gulung tikar meski secara industri tumbuh," kata Ignatius dalam jumpa pers Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (9/12/2019).

Ia tak menjelaskan lebih lanjut marketplace mana yang berpotensi bangkrut. Ignatius menyebut kondisi tersebut sesuatu yang lumrah dalam berbisnis.

"Rakuten, raksasa Jepang sudah tidak ada di Indonesia. Brand lokal seperti Cipika sudah tidak ada. Tidak bisa dipungkiri, bisnis ada yang menang dan kalah," kata Ignatius.

Rakuten menghentikan operasinya di Indonesia pada 2016, sementara e-commerce Cipika tutup pada 2017 silam.

Ketika disinggung proyeksi pertumbuhan e-commerce 2019, Ignatius belum dapat menyampaikan karena kendala ada pada data. Ia mengatakan, baik asosiasi maupun pemerintah belum memiliki data untuk menghitung pertumbuhan secara keseluruhan. Semua data ada pada masing-masing marketplace.

Namun Ignatius mengklaim secara kualitatif dari pengakuan pelaku usaha e-commerce, pertumbuhan tahun ini berada dalam posisi baik. (hoi/hoi)