https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/12/09/7110d3b2-fe07-4c06-924a-be4989f395d9_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Tak Hanya Filipina, Bank Mandiri Bidik Vietnam & Malaysia

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Ternyata tak hanya Filipina, manajemen PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengincar perbankan di Vietnam dan Malaysia untuk melakukan aksi merger dan akuisisi (M&A) guna memperbesar penetrasi bisnis perusahaan di sektor retail banking di regional Asia.

Di Filipina, Bank Mandiri akan membidik rencana akuisisi, sementara Vietnam dan Malaysia akan didirikan bisnis baru. Besarnya potensi sektor ritel ini mengingat tidak banyak perbankan masuk ke ceruk bisnis tersebut.

"Selain Filipina, kan kemarin ada arrangement terkait dengan qualified Asian Banks itu Malaysia masih dikaji. Kemudian kalau kita lihat GDP growth yang tinggi itu ada di Vietnam, sementara sudah banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang ekspansi ke Vietnam," kata Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, usai RUPSLB di Jakarta, Senin (9/12/2019).

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/12/09/854ebfde-b4a7-4563-931f-188b4ea472bb_169.jpeg?w=620
Foto: Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Mandiri (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)

Dia mengatakan pilihan tiga negara itu dengan melihat banyak perusahaan juga ekspansi, salah satunya Vietnam.


"Mungkin dari situ memang yang paling dekat itu kalau kita tidak mendirikan baru, tapi kita mungkin melakukan akuisisi. Kalau Filipina kita lebih akuisisi. Vietnam kita akan establish [mendirikan] yang baru. Demikian juga di Malaysia [mendirikan baru]."

Rencana ini menurut dia masih dikaji, sementara untuk eksekusinya dengan melakukan optimalisasi modal yang dimiliki perusahaan.

"Kalau memang kita lihat ini mendukung jangka panjang kita, mungkin bisa kita lakukan. Tapi kalau sekarang kita lihat secara jangka menengah masih lebih optimal untuk fokus di dalam negeri, apalagi membesarkan anak usaha kita. Itu jadi pilihan, yang ekspansi LN-nya [luar negeri] tetap bisa dilakukan setelah itu," tegasnya.

Dia mengatakan rencana tersebut masih dikaji karena membutuhkan optimalisasi peluang yang ada. "Termasuk di dalam negeri dan bagaimana kita mendukung anak usaha kita," katanya.

Hanya saja Bank Mandiri belum bisa membeberkan dana untuk persiapan akuisisi tersebut. "Lebih kepada consumer dan micro financing," katanya. "Dan banknya tidak banyak yang meng-cover segmen tersebut."

Lebih lanjut Darmawan mengatakan untuk ekspansi bisnis di lokal, perseroan akan fokus pada utilisasi modal. "Tapi kembali lagi apakah itu kita mengakuisisi lembaga keuangan atau kita menambah modal anak perusahaan. itu yang menjadi fokus kita."

Untuk tahun depan, dia mengatakan tantangan 2020 lebih berat dibandingkan 2019 karena faktor global yang terus menjadi penekan.

"Kita mempersiapkan secara generik saja. Tak ada terobosan canggih. Funding base kita terjaga baik, likuiditasnya sangat cukup, cost of fund [beban bunga] kita terjaga bagus," katanya.

"Kalau dilihat dari hasil Q3-2019 NIM [margin bunga bersih] kita hanya tergerus 8 basis poin, padahal bunga kredit lebih kencang turun dibanding bunga simpanan. Ini yang akan terus kita lanjutkan supaya efisiensi terjadi sehingga daya saing Mandiri meningkat."

Dia mengatakan saat ini pihaknya masih fokus dalam negeri walaupun perseroan punya rencana ekspansi di regional. "Saya enggak bilang akuisisi, di dalam negeri. Dalam negeri itu fokus untuk banking dan anak perusahaan apakah dalam bentuk generik atau merger dan akuisisi.

Dalam konferensi pers sore hari, Darmawan mengatakan alokasi modal untuk akuisisi perbankan di Filipina tersebut akan memberikan tingkat pengembalian aset atau return on asset (ROA) yang sesuai dengan target perusahaan.

Menurut Darmawan, pendapatan non bunga (fee based income) dari transaksi wholesale banking (nasabah korporasi) masih menjadi core perusahaan. "Kami juga tidak melepaskan dari transaksi ritel, terutama inisiatif digital."

Dalam kesempatan tersebut, Royke Tumilaar, Direktur Utama Bank Mandiri yang baru hasil RUPSLB, menambahkan bahwa pertumbuhan kredit tidak akan menjadi sumber pendapatan yang cukup besar bagi perusahaan. Dengan demikian, perseroan punya rencana ke depan mengarah pada transaksi perbankan yang lebih menciptakan pendapatan non-bunga dan meningkatkan ekosistem Bank Mandiri dalam hal Grup.

"Ini akan bisa create FBI [fee based income] yang sekarang dari wholesale ada bond market, sindikasi," katanya.

Selain itu, sinergi dengan anak usaha yakni PT Mandiri Sekuritas juga akan lebih erat lagi dalam meningkatkan penetrasi di pasar modal, apalagi Dirut Mandiri Sekuritas Silvano Winston Rumantir kini ditarik menjadi Direktur Keuangan Bank Mandiri.

"Mansek [Mandiri Sekuritas] dengan Silvano akan lebih erat lagi, akan banyak yang terkait MNA. Restruktukturisasi, deal akan jadi sumber fee based yang bisa mengganti pertumbuhan kredit [yang]tidaksekencang tahun- tahun sebelumnya,"kataRoyke.

Pada Juli silam, manajemen Bank Mandiri yang ketika itu masih dijabat Kartika Wirjoatmodjo (kini Wakil Menteri BUMN dan Komisaris Utama Bank Mandiri) juga menegaskan tengah mencari lagi bank-bank asal Filipina untuk diakuisisi. Tak hanya Filipina, Bank Mandiri juga tengah melihat kemungkinan pencaplokan bank luar negeri di Vietnam.

Sejatinya, Bank Mandiri sudah merencanakan hal ini di tahun 2017. Namun, rencana ditunda lantaran rasio kredit macet (non-performing loan) masih tinggi kala itu.


Begini proyeksi kinerja Bank Mandiri

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)