https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/12/06/cab562ec-d9f5-43af-8480-c21ad81df46a_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sempat Melipir ke Zona Merah, Harga SUN Tak Jadi Koreksi

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup positif hari ini akibat reaksi positif pasar terhadap pengumuman pertumbuhan ekonomi Jepang yang di atas prediksi.

Pasar obligasi rupiah ditutup menguat setelah sebelumnya harga surat utang negara (SUN) dibuka terkoreksi di awal perdagangan. Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 2 basis poin (bps) menjadi 6,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 9 Dec'19

SeriJatuh tempoYield 6 Dec'19 (%)Yield 9 Dec'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 9 Dec'19 (%)
FR00775 tahun6.5616.541-2.006.5337
FR007810 tahun7.1097.1110.207.1074
FR006815 tahun7.5567.5570.107.5302
FR007920 tahun7.7097.7-0.907.6798

Sumber: Refinitiv

 

 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,03 poin (0,01%) menjadi 268,15 dari posisi akhir pekan lalu 268,12.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 526 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 2,1 bps hingga 1,82% dari posisi akhir pekan lalu 1,84%.

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.067,48 triliun SBN, atau 38,58% dari total beredar Rp 2.767 triliun berdasarkan data per 5 Desember.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 174,23 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalup dan sekaligus awal bulan ini, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 320 miliar.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

NegaraYield 6 Dec'19 (%)Yield 9 Dec'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil (BB-)6.8156.785-3.00
China (A+)3.2123.208-0.40
Jerman (AAA)-0.29-0.306-1.60
Prancis (AA)0.0310.012-1.90
Inggris Raya (AA)0.7730.748-2.50
India (BBB-)6.666.6630.30
Jepang (A)-0.006-0.0030.30
Malaysia (A-)3.4383.4440.60
Filipina (BBB)4.6354.628-0.70
Rusia (BBB)6.396.41.00
Singapura (AAA)1.7631.759-0.40
Thailand (BBB+)1.5951.6051.00
Amerika Serikat (AAA)1.8441.823-2.10
Afrika Selatan (BB+)8.418.395-1.50

(Peringkat) dari Fitch Ratings; Sumber: Refinitiv


TIM RISET CNBC INDONESIA

(irv/irv)