Kesalnya Jokowi Soal Rest Area Penuh Kopi-Ayam Goreng Asing
by Muhammad Choirul Anwar, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengungkapkan kekesalannya karena rest area tol banyak dikuasai brand asing. Jokowi memang tak menyebut nama merek, tapi pernyataannya seolah merujuk pada waralaba-waralaba asing bidang restoran seperti kedai kopi ternama hingga restoran ayam goreng terkenal.
Jokowi menyampaikan persoalan di atas saat menggelar rapat terbatas (Ratas) mengenai pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah tahun 2020 di Kantor Presiden, Senin (9/12/2019).
Jokowi memang tak hanya bicara soal rest area dan keterlibatan merek lokal di sana, tapi bicara soal UMKM secara keseluruhan. Secara lengkap, berikut pengantar Ratas dari Jokowi:
Sore hari ini akan dilanjutkan mengenai langkah-langkah terobosan dalam rangka pemberdayaan UMKM.
Tadi baru saja kita berbicara masalah KUR yang perlu saya ulang lagi bahwa tahun 2014 KUR yang disalurkan Rp 37 triliun. Kemudian melompat ke 2019 itu mencapai kurang lebih nanti targetnya Rp 140 triliun. Tahun 2020 tahun depan target kita Rp 190 triliun untuk KUR-nya, nanti di 2024 target kita Rp 325 triliun. Ini untuk urusan KUR.
Kita tahu saat ini untuk pemberdayaan UMKM, kita masih belum terarah. Karena kita lihat pemberdayaan UMKM tersebar di 18 kementerian dan lembaga.
Begitu juga pembiayaan juga masih tersebar. Anggaran masih tersebar. Selain KUR tadi, kementerian juga menyalurkan skema pembiayaan yang nilainya sekitar Rp 30 triliun. Ini juga bukan uang sedikit. Karena itu saya ingin menegaskan lagi pentingnya one gate policy.
Jangan sampai berjalan sendiri-sendiri sehingga pemberdayaan UMKM betul-betul terintegrasi, terpadu, baik dalam menentukan sektor prioritas, langkah-langkah strategis, maupun desain pembiayaan.
Saya juga melihat titik masalah bukan lagi soal pembiayaan karena sudah ada skema KUR, tapi juga modal pembiayaan lain, seperti modal ventura baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang angkanya sangat besar, yang ingin masuk dan sudah masuk ke negara kita.
Tapi justru saya mendengar banyak keluhan dari mereka karena sulit penyalurannya. Padahal di sisi lain kita punya jutaan UMKM yang membutuhkan modal usaha untuk naik kelas. Jadi masalahnya di mana inilah yang harus kita cari.
Saya melihat pentingnya pendampingan, penyediaan mentoring bagi UMKM kita baik dari urusan cara mengakses sumber pembiayaan, melatih dalam kemampuan manajemen keuangan dan akuntansi yang sederhana, melatih urusan kemasan atau packaging, urusan branding, urusan berkaitan dengan marketing. Ini penting kita harus pikirkan bersama. Termasuk melatih bagaimana menyambung dari offline ke online dan mengintegrasikan UMKM kita dengan supply chain, baik nasional maupun global.
Terakhir saya minta setiap kementerian merancang skema-skema pelibatan UMKM yang betul-betul konkrit. Misal dalam pengadaan barang jasa oleh kementerian lembaga dan BUMN diprioritaskan untuk membeli barang dan jasa dari produk UMKM.
Juga LKPP yang ada e-purchasing-nya juga harus aktif memasukkan produk UMKM yang memenuhi syarat untuk bisa dimasukkan dalam e-katalog. Ini penting, jangan sampai yg masuk gede-gede, yang kecil tinggal.
Saya ingat lagi urusan cangkul, cangkul itu dimasukkan ke e-katalog. Harganya separuh lebih murah dari yang impor. Ini Kalau enggak ngambil dari sini ya kebangetan.
UMKM juga harus banyak dilibatkan mengisi rantai pasok produksi TKDN di sektor konstruksi, otomotif, telekomunikasi, libatkan mereka yang kecil-kecil ini.
Produk-produk UMKM juga berikan ruang untuk masuk dan disiapkan ke 5 destinasi wisata baru. Disiapkan terlebih dulu dari sekarang. Sehingga saat barang jadi, mereka sudah bisa masuk juga.
UMKM sudah saya ulang-ulang ke Menteri PU, Menteri Perhubungan untuk mengisi sentra-sentra ekonomi di kawasan infrastruktur yang baru yang telah dibangun.
Misal rest area, jalan tol, rest area di jalan tol. Isi dengan produk-produk brand lokal. Karena yang lalu-lalu kita lihat rest area isinya penuh kopi ya kopi itu, ayam ya ayam itu. Enggak usah saya sebutkan, saya kira bapak ibu tahu semuanya. Ini mulai harus digeser.
Sekali lagi, produk lokal. Ayam lokal banyak sekarang. Kopi lokal yang bagus juga banyak sekarang ini. Kopi lokal apa? (Jokowi tanya ke Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki)
Teten menjawab: Anomali, Monolo, banyak Pak.
Jokowi melanjutkan:
Yang rasanya tidak kalah. Lebih murah, sepertiga lebih murah. Kok yang dipasang itu-itu aja. Ayam juga sama. Banyak sekali yang dipasang di rest area ayam itu itu aja. Ini lah harus jadi komitmen kita bersama.
Kalau bangun rest area, jalan tol dari Lampung sampai Aceh, itu berapa ada rest area. Pasang dong brand-brand lokal kita. Baik yang belum jadi, tol di Jawa juga sama. Rest area tolong diisi dengan brand lokal. (hoi/hoi)