Kisah Dua Mercy Tua Bawa Tujuh WNI keliling 49 Negara di Tiga Benua

by
https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2019/12/09/1132007/670x335/kisah-dua-mercy-tua-bawa-tujuh-wni-keliling-49-negara-di-tiga-benua.jpg
Dua mobil Mercy yang digunakan keliling dunia. ©2019 Merdeka.com/Purnomo Edi

Merdeka.com - Tujuh orang anggota Mercedes Benz Club Banten melakukan perjalanan menempuh 87.000 kilometer, melintasi 49 negara di tiga benua. Mereka mengendarai dua Mercy tua buatan tahun 1983 dan 1995. Ketujuh orang tersebut menamai perjalanannya dengan Mengembara Lintas Benua (MLB).

Ketujuh orang itu adalah Aminullah sebagai team leader, Adi sebagai road manager, Darwin Nugraha sebagai pendokumentasi perjalanan, istri Darwin yakni Elsa Laili sebagai penulis perjalanan dan anak laki-laki Darwin dan Elsa. Sedangkan 2 orang lagi adalah Syafril sebagai mekanik dan Restu sebagai asisten mekanik.

Selama 1,5 tahun, mereka mengendarai Mercy 280 E atau dikenal sebagai Mercy Tiger (W123) buatan tahun 1983 berwarna putih dan Mercy G300 W463 1995 warna putih mengembara melintasi tiga benua yaitu Asia, Eropa dan Afrika.

Tim leader MLB, Aminullah mengatakan perjalanan dilakukan pertama kali dari Banten pada 20 Mei 2018. Dari Banten, rombongan menuju ke Batam dan bertolak ke Singapura. Lalu rombongan menyisir negara-negara di Asia.

Rombongan sempat melintasi Thailand, India, Pakistan dan menuju ke Asia Tengah. Kemudian rombongan menuju ke Eropa untuk kemudian menyeberang ke Afrika dan kembali ke Indonesia.

"Seluruh Eropa kami lintasi. Dimulai dari selatan atau Yunani lalu ke Albania sampai Eropa utara. Kita sempat ke Afrika. Tujuannya ingin sampai ke Mesir tapi gagal karena faktor keamanan. Karena harus melintasi Libya yang sedang ada konflik," ujar Aminulloh saat ditemui di acara Jambore Nasional Mercedes Benz ke 14 di Candi Prambanan.

1 dari 1 halaman

Misi Keliling Dunia

https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2019/12/09/1132007/paging/540x270/misi-keliling-dunia.jpg

Selama menempuh perjalanan lintas benua, Aminulloh mengaku jika dua mobil yang dikendarai dipersiapkan sebaik mungkin. Bahkan, sejumlah sparepart pengganti pun dibawa di rooftop mobil. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi kalau terjadi masalah pada mobil.

"Kebetulan mobil yang kita pakai mobil tua. Di beberapa negara memang sudah tak diproduksi sehingga sparepartnya kita harus bawa. Sempat kami ada trouble dan harus menunggu sparepart dikirim dari Indonesia oleh teman-teman klub," ucap Aminulloh.

Aminulloh menyebut medan terberat yang harus dilalui selama perjalanan adalah di wilayah Asia Tengah. Aminulloh menyebut negara Kazakhstan, Kirgistan, dan Uzbekistan yang berada di Asia Tengah memiliki medan yang berat.

"Di Kirgistan kami menempuh jarak yang hanya 300 kilometer tapi sampai makan waktu dua hari karena jalannya gravel atau berbatu batu dan konturnya naik turun tanpa sedikitpun aspal. Padahal biasanya dalam sehari kami menempuh 700 sampai 800 kilometer setiap harinya," ungkap Aminulloh.

Aminulloh menerangkan, misi MLB dibiayai dari hasil urunan anggota Mercedes Benz Club Banten. Aminulloh menyebut tak ada sponsor dalam MLB itu.

"Misi kami dari perjalanan keliling dunia itu sebenarnya hanya ingin mengetahui sesuatu yang bisa kami pelajari. Dan kami sekarang bersyukur, Indonesia dengan segala masalahnya, cuacanya, dan sebagainya kami anggap tetap negara paling nyaman," ucap Aminulloh.

Rombongan MLB ini mengakhiri perjalanannya pada Oktober 2019. Total ada 49 negara di tiga benua yang disinggahi dalam misi MLB ini.

[noe]