https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/05/25/def41874-5748-4301-ab74-a0c9d8a818cf_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Wall Street/Brendan McDermid | Reuters

China Larang Pakai Microsoft Cs, Wall Street Diimplikasi Lesu

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak futures indeks bursa saham acuan Wall Street diimplikasi melemah terbatas pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (9/12/2019), setelah China memutuskan untuk melarang kantor pemerintah dan layanan publik menggunakan piranti lunak (software) dan perangkat keras (hardware) buatan asing.

Pada pukul 17:20 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 turun tipis 36,06 poin dan 3,31 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq terkoreksi 10,87 poin.

Hari ini, media Financial Times melaporkan pemerintah Negeri Tiongkok menerapkan aturan untuk membatasi ketergantungan negara pada teknologi barat, di mana perusahaan teknologi milik Amerika Serikat (AS) yang akan terpukul termasuk Hp, Dell, dan Microsoft, seperti diwartakan CNBC International.


Larangan tersebut akan diberlakukan secara bertahap selama 3 tahun. Pada tahun 2020 sekitar 30% teknologi akan diganti, 50% di tahun 2021, dan 20% tahun 2022. Analis memperkirakan sekitar 20-30 juta unit teknologi buatan asing akan diganti dengan teknologi Made in China.

Seperti diketahui, sebelumnya pada awal tahun AS melarang perusahaan Amerika melakukan bisnis dengan perusahaan telekomunikasi China, Huawei. Google, Intel dan Qualcomm berhenti bekerja dengan raksasa teknologi ini. Keputusan tersebut membuat Tiongkok naik pitam dan sempat menghambat negosiasi dagang kedua negara.

Di lain pihak, informasi terbaru memberitakan bahwa China menginginkan untuk dapat segera menekan kesepakatan dagang fase pertama dengan AS, terlebih lagi mengingat jadwal penerapan tarif barus atas produk impor Made in China akan berlaku akhir pekan ini, dilansir dari Reuters.

Lebih lanjut, Asisten Menteri Perdagangan China Ren Hongbin mengatakan pihak Negeri Panda menginginkan perjanjian damai dagang yang dapat memuaskan kedua negara.

"Mengenai pertanyaan terkait diskusi dan negosiasi dagang antara AS dan China, kami berharap kedua pihak, atas dasar kesetaraan dan saling menghormati, dapat mendorong maju negosiasi, dan dengan mempertimbangkan isu masing-masing, mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak, sesegera mungkin," ujar Ren.

Namun, patut dicermati bahwa Trump sebelumnya menyampaikan bahwa hasil damai dagang tidak dapat imbang karena harus mengutamakan kepentingan AS. Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/dwa)