https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/08/08/4172f364-84ed-4a87-86cd-0b1ba6dd46cb.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Nyaris Tak Pernah ke Zona Merah, IHSG Menguat 3 Hari Beruntun

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (9/12/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,12% ke level 6.194,08. Per akhir sesi satu, apresiasi IHSG adalah sebesar 0,1% ke level 6.193,32. Per akhir dua, IHSG menguat sebesar 0,11% ke level 6.193,79.

IHSG nyaris tak pernah berada di zona merah pada hari ini. Apresiasi IHSG pada hari ini sekaligus menandai yang ketiga secara beruntun.


Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei terapresiasi 0,33%, indeks Shanghai menguat 0,08%, dan indeks Kospi bertambah 0,33%.

Perkembangan terkait perang dagang AS-China yang positif menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa sesuatu bisa terjadi terkait dengan bea masuk tambahan yang dibebankan Washington terhadap produk impor asal China.

Seperti yang diketahui, penghapusan bea masuk tambahan merupakan syarat dari China jika AS ingin meneken kesepakatan dagang tahap satu.

Sejauh ini AS telah mengenakan bea masuk tambahan bagi senilai lebih dari US$ 500 miliar produk impor asal China, sementara Beijing membalas dengan mengenakan bea masuk tambahan bagi produk impor asal AS senilai kurang lebih US$ 110 miliar.

Di sisi lain, China juga melunak terhadap AS. Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa Beijing akan menghapuskan bea masuk bagi sebagian kedelai dan daging babi yang diimpor dari AS, seperti dikutip dari CNBC International.

Sebelumnya pada Juli 2018, China membebankan bea masuk sebesar 25% terhadap kedelai dan daging babi asal AS sebagai balasan dari langkah AS yang membebankan bea masuk tambahan terhadap produk-produk asal Negeri Panda. Kala itu, AS membebankan bea masuk tambahan dengan dasar bahwa China telah mencuri dan memaksa perusahaan-perusahaan asal AS untuk mentransfer kekayaan intelektual yang dimilikinya ke perusahaan-perusahaan asal China.

Perkembangan tersebut lantas melengkapi sentimen positif terkait negosiasi dagang kedua negara. Sebelumnya, pemberitaan dari Bloomberg menyebutkan bahwa AS dan China kini telah mendekati penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu. Pemberitaan dari Bloomberg tersebut mengutip sumber-sumber yang mengetahui jalannya negosiasi dagang AS-China.

Sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa AS dan China telah semakin dekat untuk menyepakati nilai barang yang akan dibebaskan dari pengenaan bea masuk tambahan.
Untuk diketahui, sebelumnya pelaku pasar sempat begitu khawatir bahwa kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China tak akan bisa diteken dalam waktu dekat. Hal ini terjadi seiring dengan dukungan yang diberikan oleh AS terhadap demonstrasi yang terjadi di Hong Kong.

Belum lama ini, Trump resmi menandatangani dua RUU terkait demonstrasi di Hong Kong yang pada intinya memberikan dukungan bagi para demonstran di sana.

RUU pertama akan memberikan mandat bagi Kementerian Luar Negeri AS untuk melakukan penilaian terkait dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Hong Kong dalam mengatur wilayahnya sendiri. Jika China terlalu banyak mengintervensi Hong Kong sehingga membuat kekuasaan untuk mengatur wilayahnya sendiri menjadi lemah, status spesial yang kini diberikan oleh AS terhadap Hong Kong di bidang perdagangan bisa dicabut.

Sebagai informasi, status spesial yang dimaksud membebaskan Hong Kong dari bea masuk yang dibebankan oleh AS terhadap produk-produk impor asal China. RUU pertama tersebut juga membuka kemungkinan dikenakannya sanksi terhadap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Hong Kong.

Sementara itu, RUU kedua akan melarang penjualan dari perlengkapan yang selama ini digunakan pihak kepolisian Hong Kong dalam menghadapi demonstran, gas air mata dan peluru karet misalnya.

China pun pada akhirnya geram dengan tindakan AS tersebut. China resmi menjatuhkan sanksi ke AS dengan membatalkan kunjungan kapal perang AS dan memberi sanksi kepada lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO) asal negeri Paman Sam.

"Sebagai respons dari kelakuan yang tidak berdasar dari AS, pemerintah China telah memutuskan tidak memberi izin pada kapal perang AS untuk berlabuh di Hong Kong," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hau Chunying, dikutip dari AFP.

Bahkan, Global Times selaku media yang dimiliki oleh Partai Komunis China memberitakan bahwa Beijing akan segera mempublikasikan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan asal AS, seperti dilansir dari Bloomberg. Global Times melaporkan bahwa pembahasan terkait dengan kebijakan tersebut dipercepat guna merespons dukungan yang diberikan oleh AS terhadap demonstrasi di Hong Kong.

Kini, perkembangan positif terkait negosiasi dagang AS-China membuat pelaku pasar kembali optimistis bahwa kesepakatan dagang tahap satu masih bisa segera diteken.

Lebih lanjut, sentimen positif bagi bursa saham Asia juga datang dari rilis data ekonomi AS yang menggembirakan. Pada hari Jumat (6/12/2019), penciptaan lapangan kerja di luar sektor pertanian periode November 2019 diumumkan sebanyak 266.000, jauh di atas konsensus yang sebanyak 181.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Seiring dengan pesatnya penciptaan lapangan kerja, tingkat pengangguran bisa ditekan turun ke level 3,5%, dari sebelumnya 3,6%.


1 dari 2 Halaman