https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/12/03/2a861ce1-aa7b-485f-867b-2de781761dce_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Direktur Utama antam arie prabowo ariotedjo (CNBC Indonesia/Monica Wareza)

Psst..Ada Investor China Lagi Lirik Investasi Lithium di RI

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Produsen material baterai terbesar di China untuk kendaraan listrik, yakni Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd tengah penjajakan untuk investasi di Indonesia. Kini ada lagi investor asal China yang tertarik untuk investasi baterai lithium.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT Antam Tbk  Arie Prabowo Ariotedjo. "Yang Huayo masih belum final, tapi kalau tadi beda lagi dengan investor lain lagi dari China. Iya (ada yang tertarik lagi) kita harus lihat yang terbaik," ungkapnya selepas Rakor Pengembangan Lithium Battery di Indonesia di Kantor Maritim, Senin, (9/12/2019).

Lebih lanjut dirinya mengatakan tugas Antam adalah menyiapkan sumber dayanya saja berupa ORE. Dirinya belum bisa menyampaikan berapa detail yang akan terserap. "Nggak (kerjasama tidak hanya dengan Antam) nanti macam-macam dukungannya ada dari Pertamina, ada dari PLN, ada Inalum," imbuhnya.

Sebelumnya, menurut mantan Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin, Huayo siap investasi hingga US$ 1,83 miliar atau setara Rp 25,6 triliun dan sedang mencari rekan lokal. Budi menyampaikan, memang sejak pertengahan tahun lalu, Huayou berencana untuk membangun smelter nikel di Indonesia.

Inalum sendiri masih dalam masa penjajakan dengan Huayou, namun Budi memastikan rekam jejak dan pengalaman Huayo sebagai perusahaan di sektor pengolahan hilir tak diragukan. Perusahaan, kata dia, telah berpengalaman di industri tambang khususnya mineral cobalt, nikel dan lithium terintegrasi.

"Huayou merupakan salah satu mitra strategis yang ingin kami ajak kerja sama karena telah berpengalaman di industri hilirisasi tambang dan juga pernah bekerja sama dengan berbagai perusahaan kelas dunia," jelasnya (17/5/2019).

Lebih lanjut, Holding Industri Pertambangan melalui Inalum dan ANTAM juga berencana untuk membangun pabrik berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Rotary Kiln-Electric Furnace ( RKEF) lewat kerja sama dengan Huayou. Kedua pabrik ini bisa mendorong hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai litium. 

(gus)