Melihat Aceh Lewat Film Dokumenter

by
http://imgcdn.rri.co.id/thumbs/berita_752840_800x600_IMG-20191129-WA0084.jpg
Melihat Aceh Lewat Film Dokumenter

KBRN, Meulaboh : Puluhan pasang mata terlihat begitu terkesima dan menyimak setiap adegan film yang ditonton di hadapannya. Sesekali mereka tertawa lalu hening kembali.

Demikian suasana nonton bareng pemutaran film dokumeter yang diputar di Desa Leuhan, Kecmatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Acara pemutaran film dokumenter tersrbut turut bekerjasama dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh dan Komunitas Siguepai Sinema Aceh Barat.

Cuaca hujan tak menyurutkan antusias mereka untuk datang kelokasi, kendati menonton sambil lesehan atau duduk diatas tikar itu bukan saja dihadiri remaja dan orang tua, tetapi anak anak usia belia turut nimburung bersama mereka.

"Tujuannya agar masyarakat teredukasi dan lebih menambah wawasan,” ujar Hendri Saputra, pelaksana kegiatan pemutaran film.

Ia bersama dua temannya yaitu Teniro dan M.Nur Mukmin, sudah berhari-hari menghabiskan waktu didaerah orang, hal itu dilakukan untuk menjalankan Program dari yayasan Aceh Documentry yaitu pemutaran film-film kesetiap gampong atau sering disebut Gampong Film.

Film pendek yang diputar tersebut merupakan karya terbaik dari sineas muda Aceh yang menceritakan bermacam isu persoalan, seperti isu pendidikan, isu budaya, isu sosial, isu sejarah yang sesuai dengan fakta dan realita Aceh saat ini, sehinngga penonton lebih terbuka wawasannya melihat Aceh lewat film.

Sedikitnya ada empat judul film dokumenter yang diputar, yaitu Rintihan Tanah Pilu, Semong, Klinik Nenek, Sang Penjaga, dan satu film fiksi dengan judul Surat Kaleng. Masing-masing dari film tersebut memiliki poin penting tersendiri, seperti film Klinik Nenek karya  mahasiswa STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh Oka Rahmadiyah, dan Sonya Anggi Yani.

Film ini menceritakan tentang sisi budaya yang nyaris terlupakan, yaitu seorang Nek Syah yang masih membuat obat-obatan menggunakan metode trdisional. Beberapa pasien yang datang kepada nya telah berobat ke rumah sakit namun tidak kunjung sembuh. Obat yang digunakam berasal dari daun-daunan yang ia racik sendiri.

”Sebenarnya jika dilihat dari antusias, masyarakat memang butuh tontonan yang seperti ini, mereka bisa melihat  langsung isu persoalan dan kondisi berbagai daerah di Aceh,” ungkap Hendri.

Ia menjelaskan, ada beberapa daerah lokasi pemutaran Gampong Film di tahun 2019 ini, yaitu Sabang, Aceh Besar, Sigli, Bireun, Lhokseumawe, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Meulaboh, Aceh Selatan, dan Subulussalam.

"Semoga tahun depan bisa diputar merata keseluruh daerah di Aceh, agar lebih banyak msyarakat yang terdukasi dan paham tentang kondisi yang terjadi di Aceh saat ini," pungkasnya.

Di sisi lain, Muslimin Aparatur desa setempat sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena memberikan dampak positif bagi penonton, bahkan ia sangat tersentuh ketika menonton bermacam-macam film yang menceritakan kondisi Aceh saat ini.

"Ia memang benar, memang seperti itu sebenarnya sejarah dan budaya kita orang Aceh," ujar laki-laki paruh baya itu.

Ia berharap, pemutaran film pendek ini bukan hanya diputar di desanya tetapi merata di kampus-kampus dan desa di Aceh barat, agar semua bisa menyaksikan cerita yang sangat mengedakasi.

”Kalau bisa film ini tidak hanya diputar di Desa Leuhan, tapi bisa di bawa kedaerah lain juga," tuturnya.

Hal senada juga diasampaikan penonton lainny, Fazar Oza Pratama ia mengatakan dengan adanya beberapa film tadi kita bisa mengetahui kehidupan sebenarnya rakyat Aceh itu seperti apa dan sejarah yang ada di Aceh ini sangat bagus untuk  menjadi pedoman rakyat Aceh dan jgn sampai dilupakan.

Sementara itu, Sekretaris Komunitas Siguepai Sinema Aceh Barat, Muhamad Noza yang merupakan penanggung jawab acara tersebut, sangat bersyukur karena tahun ini Kota Meulaboh kembali terpilih sebagai lokasi untuk pemutaran film dokumenter ini, karena pada tahun- tahun sebelumnya pernah juga dilaksanakan di Aceh Barat.

"Alhamdulillah, tahun ini Meulaboh dipilih lagi, dan setelah menijau lokasi kali ini pemutaran film dilaksanakan di Desa Leuhan," kata laki-laki yang akrab disapa Oza ini.

Ia juga sangat berterima kasih kepada seluruh masyarakat Desa Leuhan yang telah menyambut hangat  program Aceh Documentary melalui Gampong film karena dengan karyanya bisa membius puluhan penonton yang hadir.