https://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/yohanes-don-bosco-doho111.jpg
IST
Yohanes Don Bosco Doho, Dosen LSPR London School Jakarta (tengah), sukses meraih gelar Doktor di bidang Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan predikat sangat memuaskan. Gelar diraih anak pasangan petani dari Desa Lempang Paji, Manggarai Timur, Flores ini, setelah berhasil mempertahankan Disertasi dengan judul Kepemimpinan Etis Berbasis Kearifan Lokal Pada Lembaga Pendidikan Katolik (Studi Fenomenologi Hermeneutik di Manggarai NTT). 

Pentingnya Pemimpin Memiliki Kompetensi Etis Selama Memimpin Organisasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak semua pemimpin memiliki kompetensi etis dalam kepemimpinannya. 

Nilai kepemimpinan etis eksplisit melalui tindakan yang adil, menghargai sesama, jujur, humanis, mendorong inisiatif, serta memberikan teladan.

Semua nilai kepemimpinan etis didambakan oleh seluruh pengikut di organisasi, termasuk dalam institusi atau lembaga pendidikan.

"Pada sisi yang lain, kepemimpinan etis bertumbuh di atas kearifan lokal di setiap tempat," kata Yohanes Don Bosco Doho, Dosen LSPR London School Jakarta dalam sidang terbuka untuk meraih gelar Doktor di bidang Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Kamis (28/11/2019). 

Di hadapan dewan penguji yang diketuai Prof Dr. Ivan Hanafi M.Pd, Asisten Direktur I Pascasarjana UNJ.

Bosco memaparkan secara lengkap seputar kepemimpinan etis yang secara universal sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia.
Bosco mengatakan,

Dikatakannya, umumnya seluruh bentuk kearifan lokal sarat dengan nilai-nilai etis.

Setiap organisasi atau institusi mutlak membutuhkan kepemimpinan.

Literatur menegaskan bahwa inti dari kepemimpinan adalah bagaimana memberi pengaruh bagi semua pengikut.

Penelitian ini mengambil tema tentang kepemimpinan etis berbasis kearifan lokal pada lembaga pendidikan Katolik di Manggarai Nusa Tenggara Timur.

Tiga sekolah Katolik yang diteliti adalah SMA Seminari Pius XII Kisol, SMAK St. Klaus Kuwu, dan SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo.

Adapun kearifan lokal dalam bidang kepemimpinan di Manggarai NTT mengerucut menjadi tujuan poin yaitu toing, teing, titong, tatong, taking, toming dan tinu.

Semua kearifan ini diturun temurunkan dari orang tua hingga ke generasi masa kini.

Perkembangan zaman berpotensi memudarkan kearifan lokal tersebut padahal nilai moralitas dari kearifan tersebut tidak pernah lekang oleh ruang dan waktu.

"Kepemimpinan dalam pendidikan di ketiga sekolah di atas dijalankan oleh para pemimpinnya melalui berbagai aktivitas dan pendampingan di ruang-ruang kelas serta di asrama,” ujarnya.

Menurut Dosen LSPR London School Jakarta ini, peran para kepala sekolah di ketiga sekolah itu diteliti karena peran kepala sekolah lah yang membuat ketiga sekolah itu berkualitas dan dikenal luas melalui alumni yang berkualitas dan berintegritas.

Karena nilai dan keteladanan para kepala sekolah dan para guru lah para alumni menjadi manusia yang selalu ingat almamater yang disebut kearifan Tinu sebagai salah satu fokus penelitiannya.

Salah satu keunikan yang dimiliki hampir semua suku, etnis, masyarakat dan budaya di Indonesia adalah tradisi.

Tradisi menurut Direktur STIDEF ini, diturun temurunkan dengan berbagai cara yang unik pula.

Petuah merupakan bagian dari tradisi yang melekat pada masyarakat tertentu di Indonesia.

Petuah juga dapat dipahami sebagai bentuk pendidikan, pembelajaran dan pengajaran kepada anak cucu masyarakat di sebuah tempat.

Keunikan cara penyampaian, waktu penyampaian, siapa yang menyampaikan menentukan makna dan tujuan tertentu. Fenomena yang khas dan unik dari satu tempat ke tempat yang lain diterima dan diakui sebagai kearifan lokal sebuah masyarakat.

"Kehidupan masyarakat selalu diatur oleh etika dan norma yang disepakati, diterima dan berlaku bagi seluruh masyarakat di suatu tempat dan subkultur tertentu," katanya.