Oktober 2019, OJK Catat Pertumbuhan Kredit Melambat Capai 6,53 Persen

by
https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2019/11/29/1129778/670x335/oktober-2019-ojk-catat-pertumbuhan-kredit-melambat-capai-653-persen.jpg
OJK. ©2013 Merdeka.com/Harwanto Bimo Pratomo

Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit perbankan hingga akhir Oktober 2019 hanya mengalami peningkatan sebesar 6,53 persen secara year on year (yoy). Capaian ini jauh dari target yang dipatok OJK, yakni di kisaran 9 persen hingga 11 persen yoy.

Angka tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit semakin melambat bila dibandingkan dengan bulan September 2019 yang berada di level 8 persen dan Agustus 2019 di level 8,7 persen.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan, melambatnya pertumbuhan kredit disebabkan oleh turunnya penyaluran kredit di sektor pertambangan dan konstruksi. Pertumbuhan kredit sektor pertambangan per Oktober minus 4 persen.

"Pertumbuhan kredit sektoral yang paling dalam turun itu pertambangan. Dia pertambangan turun sekitar Rp 5 triliun turunnya sekitar -4 persen," urai dia, di Jakarta, Jumat (29/11).

Dia mengatakan, kesiapan infrastruktur transportasi juga menjadi faktor berpengaruh pada kinerja pertambangan. Sehingga meskipun mulai ada peningkatan harga baru bara, tapi jika transportasi tidak siap, maka akan menghambat kinerja pertambangan.

"Karena supply chain pertambangan seperti transportasi di hilir itu masih belum bangkit. Walaupun harga misalnya batu bara naik, tapi transportasinya terganggu juga tidak bisa ekspor atau produksinya," tandasnya.

1 dari 1 halaman

Kredit Bermasalah

OJK mencatat hingga Oktober 2019 rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan naik menjadi 2,73 persen gross secara bulanan dari sebelumnya 2,66 persen. Sementara secara nett, NPL juga meningkat menjadi 1,21 persen dari sebelumnya 1,15 persen.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Slamet Edy Purnomo mengatakan, kenaikan NPL paling banyak disumbang oleh sektor industri pengolahan. Sektor industri tersebut memiliki total utang kepada perbankan hingga Rp900 triliun.

"Itu NPL-nya dibandingkan dengan posisi Oktober sebelumnya itu kan dia NPL-nya naik dari Desember (2018) itu sekitar 2,5 persen ke 4,12 persen," kata dia, di Jakarta, Jumat (29/11).

Kinerja sektor industri yang demikian, juga dipengaruhi oleh kasus yang menimpa Duniatex Group. "Di industri ini terutama saya kira disumbangkan dari kasus Duniatex Grup ya. Kan di industri ini bukan hanya mencatat di industri hilirnya saja tetapi juga hulunya juga," ungkapnya. [azz]

Baca juga:
Industri Pengolahan Sumbang Andil Besar Kenaikan Kredit Bermasalah
Sektor Jasa Keuangan RI Tetap Stabil di Tengah Gejolak Ekonomi Global
Diduga Bunuh Diri, Seorang Sekuriti Ditemukan Tewas di Kantor OJK
Hati-Hati Modus Swafoto dengan KTP, Bisa Disalahgunakan
Jasindo Gandeng PFN Genjot Inklusi Keuangan Asuransi Tanah Air
OJK Ungkap 3 Investor Asing Minat Investasi di Anak Usaha Asuransi Jiwasraya