Penghujung Bulan, Pasar SUN Genapkan Koreksi
by Irvin Avriano Arief, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi hari ini, sekaligus penutupan pasar terakhir di November. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 1,7 basis poin (bps) menjadi 7,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 29 Nov'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 28 Nov'19 (%) | Yield 29 Nov'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 29 Nov'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.506 | 6.516 | 1.00 | 6.4856 |
FR0078 | 10 tahun | 7.063 | 7.074 | 1.10 | 7.0586 |
FR0068 | 15 tahun | 7.509 | 7.526 | 1.70 | 7.5126 |
FR0079 | 20 tahun | 7.682 | 7.688 | 0.60 | 7.6776 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi yang terjadi hari ini seakan mencerminkan tekanan jual yang terjadi sepanjang November, di mana yield seri acuan 10 tahun naik dan mencerminkan adanya koreksi harga. Kenaikan yield terjadi 7,4 basis poin menjadi 7,07% dari posisi akhir Oktober 7%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.069 triliun SBN, atau 38,68% dari total beredar Rp 2.764 berdasarkan data per 27 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 175,96 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 380 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 10,75 triliun.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 28 Nov'19 (%) | Yield 29 Nov'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 6.945 | 6.955 | 1.00 |
China | 3.201 | 3.192 | -0.90 |
Jerman | -0.363 | -0.367 | -0.40 |
Prancis | -0.051 | -0.06 | -0.90 |
Inggris | 0.677 | 0.665 | -1.20 |
India | 6.453 | 6.462 | 0.90 |
Jepang | -0.079 | -0.078 | 0.10 |
Malaysia | 3.43 | 3.439 | 0.90 |
Filipina | 4.678 | 4.69 | 1.20 |
Rusia | 6.38 | 6.39 | 1.00 |
Singapura | 1.748 | 1.738 | -1.00 |
Thailand | 1.67 | 1.63 | -4.00 |
Amerika Serikat | 1.765 | 1.767 | 0.20 |
Afrika Selatan | 8.475 | 8.445 | -3.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv)