https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/07/02/2decaa9f-610d-4ca1-af01-a35bcbe79180_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Indiskop atau Bioskop Rakyat yang ada di dalam Pasar Jaya Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (2/7/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Minim Transaksi, Saham BLTZ Tiba-Tiba Diperdagangkan Rp 1 T

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi saham emiten bioskop PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) di pasar negosiasi pada Jumat (29/11/2019) pagi tadi sukses mengangkat nilai transaksi bursa hari ini menjadi Rp7,22 triliun.

Data transaksi saham hari ini menunjukkan saham pemilik merek bioskop CGV tersebut yang relatif kurang likuid di pasar, baik di pasar reguler maupun pasar negosiasi, ditransaksikan dalam jumlah jumbo yaitu 200,93 juta lembar di harga Rp 5.148/saham sehingga melahirkan nilai transaksi Rp 1,03 triliun.

Transaksi itu dilakukan pada pukul 10:32 antara dua pihak asing yang difasilitasi broker PT Indo Premier Sekuritas yang berkode PD. Nilai transaksi tersebut 63,43% di atas harga terakhir saham BLTZ di pasar reguler yang terbentuk dari transaksi terakhir yang terjadi pada 14 November yaitu Rp 3.150/saham.

Graha Layar Prima adalah anak usaha dari perusahaan pemilik jaringan bioskop terbesar asal Korea Selatan yaitu CJ CGV. Selain di Korsel dan Indonesia, mereka memiliki jaringan bioskop di China, Myanmar, Turki, Vietnam, dan Amerika Serikat.


Di dalam negeri, CGV menduduki peringkat kedua jaringan layar dan gedung bioskop terbesar yang hanya kalah dari pemain lokal Cineplex 21 yang memiliki jaringan XXI, sedangkan jaringan Cinemaxx milik Grup Lippo berada di urutan ketiga. Pemain baru di industri pemutaran film adalah New Star Cineplex, Independen, Platinum Cineplex, Movimax, Dakota Cinema, Flix Cinema, dan Golden Theater.

Per akhir September, pemegang saham perseroan terdiri dari PT Catur Kusuma Abadi Sejahtera 0,04%, Coree Capital Ltd 37,28% + 2,72%, IKT Holdings Ltd 28,01%, CJ CGV Co Ltd 22,99%, PT Pangea Budi Adi Benua 0,01%, dan publik 0,12%.

Jumlah saham yang ditransaksikan itu paling sesuai dengan kepemilikan CJ CGV yaitu 200,93 juta saham atau berporsi 22,99%.

Relatif tidak likuidnya transaksi saham BLTZ tercermin dari minimnya transaksi saham tersebut di pasar reguler bulan ini yaitu hanya pada 7 November, 11 November, 13 November, dan 14 November, dengan masing-masing nilai transaksi Rp 300.000, Rp 1,55 juta, Rp 311.000, dan Rp 315.000.

Transaksi saham di pasar modal terbagi tiga, yaitu pasar reguler, pasar negosiasi, dan pasar tunai. Transaksi pasar reguler adalah transaksi saham yang menggunakan mekanisme tawar menawar yang berlangsung secara terus menerus selama periode perdagangan dan berubah tiap waktu.

Mekanisme ini adalah transaksi organik biasa yang digunakan di pasar dengan jumlah transaksi 1 lot yang terdiri dari 100 saham dengan periode penyelesaian transaksi (settlement) normal yaitu dua hari bursa setelah transaksi terjadi (T + 2).

Untuk pasar negosiasi, ada tawar menawar juga tetapi tidak dilakukan di bursa efek alias di luar pasar (over the counter/OTC). Tawar menawar harga dilakukan secara antar pihak tetapi tetap dilaporkan ke bursa dan pengalihan transaksi harus dilakukan di bursa, melalui jasa dari perusahaan efek (broker) yang menjadi anggota bursa.

Pasar negosiasi biasanya dimanfaatkan untuk transaksi yang melibatkan lembar saham investor yang tidak genap 1 lot atau 100 saham, yang biasa disebut 'odd lot'. Hasil negosiasi juga harus disepakati oleh bursa. Periode settlement transaksi tersebut adalah sesuai kesepakatan antar dua pihak yang bertransaksi.

Transaksi saham di pasar tunai disediakan untuk menjadi wadah penyelesaian kegagalan transaksi sekuritas dalam memenuhi kewajibannya di pasar reguler dan pasar negosiasi, sehingga periode settlement transaksi dilakukan T+0 atau dengan kata lain selesai hari itu juga.

Dari nilai transaksi BLTZ di pasar negosiasi, nilai transaksi pasar negosiasi di seluruh bursa mencapai Rp 2,72 triliun. Ditambah transaksi di pasar reguler Rp 4,49 triliun, maka total transaksi bursa saham di hari terakhir perdagangan November ini menjadi Rp 7,22 triliun.


TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)