3 Penyebab Benjolan di Kepala Bayi Baru Lahir, Bunda Mesti Tahu
by Annisa Karnesyialink telah dicopy
Jakarta - Bentuk kepala bayi baru lahir memang cenderung berbeda dengan kepala normal. Ada yang bentuknya memanjang atau muncul massa lunak baru seperti benjolan.
Dokter anak Marianne Neifert, MD, mengatakan jika kepala bayi baru lahir mungkin saja berbentuk lonjong. Penyebabnya adalah tulang kepala yang masih lunak dan tekanan saat melahirkan.
"Tulang yang lunak ini memungkinkan kepala lonjong untuk membantu proses persalinan agar lancar. Kondisi ini akan kembali normal dalam satu atau dua hari," kata Meifert, dikutip dari Parents.
Selain kepala lonjong, memar dan ada pembengkakan seperti benjolan dengan tekstur lembut di kulit kepala bisa terjadi. Terutama jika si ibu melahirkan dibantu alat seperti vacuum extraction dan forceps.
Meski jarang, tekanan persalinan juga bisa menyebabkan pendarahan di bagian atas tulang tengkorak. Menurut Meifert, ini bisa menyebabkan benjolan jelas terbentuk di belakang satu sisi kepala atau keduanya.
"Benjolan ini dikenal dengan cephalohematoma yang akan hilang, tapi mungkin butuh waktu berminggu-minggu," katanya.
Selain cephalohematoma ada juga penyebab benjolan pada bayi baru lahir, yaitu caput succedaneums dan subgaleal hemorrhage. Lalu apa beda ketiganya? Berikut penjelasannya, dikutip dari berbagai sumber.
1. Cephalohematoma
Benjolan pada bayi ini berisi darah, terletak di antara tulang tengkorak dan selaput tulang belakang. Pendarahan terjadi karena pecahnya vena diploid di bawah periosteum. Kebanyakan bisa dikenali dalam waktu 24 jam setelah kelahiran.
Cephalohematoma dapat diklasifikasikan dan sangat jarang menjadi sumber infeksi. Tapi cephalhematoma dapat dikaitkan dengan fraktur tengkorak hingga 25 persen.
"Bayi dengan cephalohematoma membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan untuk sembuh. Namun, biasanya kondisi ini tidak menimbulkan masalah pada bayi baru lahir," kata Mark D. Hormann, dalam buku Comprehensive Pediatric Hospital Medicine, dilansir Science Direct.
2. Caput succedaneum
Caput succedaneum adalah cairan yang berkumpul dan menetap ke jaringan ikat di bawah kulit. Dilaporkan jika prevalensi terjadinya antara 1,8 persen dan 33,6 persen dari semua kelahiran per vaginam. Faktor risiko paling umum adalah melahirkan dengan vacuum extraction.
Kondisi ini sering menjadi indikator persalinan lama, Bun. Tidak diperlukan perawatan karena biasanya akan sembuh dalam beberapa hari setelah melahirkan.
3. Subgaleal hemorrhage
Ini adalah komplikasi yang bisa menyebabkan kematian pada persalinan dengan bantuan vacuum extraction. Terjadi saat vena yang menghubungkan sinus dural dan pembuluh darah vena di kulit kepala pecah dan menyebabkan pendarahan di antara aponeurosis galea dan selaput tengkorak.
Penanganannya terdiri dari resusitasi cairan, kontrol koagulopati, dan perawatan berkelanjutan. Belum diketahui apakah intervensi bedah saraf bisa membantu mengatasi ini.
"Transfusi sel darah merah mungkin diperlukan. Bedah jarang dilakukan karena sumber perdarahan sulit diidentifikasi," ujar Hormann.
Jika si kecil masih mengalami benjolan di kepala yang tak kunjung hilang, sebaiknya Bunda cek ke dokter ya. Biasanya akan dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti rontgen, CT scan, pemeriksaan darah, atau MRI.
Simak tips cepat hamil ala dr.Reisa di video ini.
[Gambas:Video Haibunda]
Klik banner di sini, Bun.