Jokowi Terinspirasi Film Tom Hanks Hadapi Tekanan Ekonomi

by
https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/10/23/bd63cb00-606d-4c6d-8e13-9f59120996f4_169.jpeg?w=650
Jokowi terinspirasi film Cast Away yang dibintangi Tom Hanks dalam menghadapi tekanan perlambatan ekonomi global. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A).

Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) terinspirasi film Cast Away dalam menghadapi gelombang ketidakpastian dan tekanan perlambatan ekonomi dunia. Sebab, film itu mengajarkan pesan moral yang dalam dan cocok untuk diterapkan dalam menghadapi perekonomian. 'Cast Away' merupakan film drama petualangan yang dibintangi oleh Tom Hanks yang juga berperan sebagai produser bersama Jack Rapke, Steve Starkey, dan Robert Zemeckis, yang juga menjadi sutradara. Film itu dirilis pada 2001 di Indonesia. Secara garis besar, 'Cast Away' merupakan kisah Chuck Noland, teknisi di sebuah perusahaan jasa pengiriman yang mengalami kecelakaan. Untungnya, ia selamat meski harus terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Noland berusaha bertahan hidup dalam keterbatasan hingga akhirnya bisa kembali ke kehidupan aslinya. "Saya melihat ada tiga nilai yang bisa kita adaptasi dari film 'Cast Away' yang aktornya masih saudara saya, Tom Hanks. Dia bisa bertahan hidup, ini bisa dihubungkan dengan ketidakpastian (ekonomi) tadi," ucap Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Ciputra Artprenuer, Jakarta, Kamis (28/11).

Dari film itu, Jokowi memetik tiga pelajaran yang bisa diambil Indonesia. Pertama, harus mampu bertahan di kesulitan yang menimpa. Kedua, mampu mencari sumber baru yang dapat mendukung upaya untuk bertahan. Ketiga, tetap optimistis menghadapi berbagai tekanan. "Jangan kalau ada tekanan eksternal, kita bicaranya pesimistis, ngomongnya selalu wait and see. Tiga hal ini harus kita lakukan," ujarnya. Bila dihubungkan dengan kondisi ekonomi Indonesia, sambungnya, masyarakat seharusnya bersyukur dengan hasil pertumbuhan ekonomi yang berada di kisaran 5 persen. Sebab, angka ini menjadi ketiga tertinggi di antara negara-negara G20, setelah India dan China. "Kita masih berada di tiga besar, kita kalau tidak bersyukur, kita kufur nikmat. Kita hanya di bawah India, China, lalu Indonesia, dan keempat Amerika Serikat," celetuknya.

Lebih lanjut, katanya, ia pun telah berusaha memutar otak dengan melihat segala potensi yang tersisa. Misalnya, dengan memaksimalkan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendongkrak perekonomian masyarakat. Namun, di sisi lain tetap menjaga agar defisit anggaran tidak semakin membesar. Lalu, mendorong berbagai program prioritas yang mampu menciptakan sumber ekonomi baru. Salah satunya dengan pembenahan izin investasi melalui penyatuan undang-undang alias omnibus law yang nantinya akan melahirkan Undang-Undang (UU) Cipta Lapangan Kerja. Kemudian, turut melakukan transformasi ekonomi dengan pembangunan industri dan hilirisasi komoditas mentah. "Soalnya muara dari investasi adalah cipta lapangan kerja, karena masih banyak masyarakat yang pengangguran," katanya. Beberapa program transformasi yang dilakukan, yaitu melakukan pencampuran minyak sawit mentah (Crude Palm Oils/CPO) dengan Solar menjadi biodiesel. Lalu, mengubah batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) hingga menggunakan energi air sebagai pembangkit listrik.


(uli/sfr)