Baru Setor Lapkeu Q3, Lippo Karawaci Derita Rugi Rp 1,72 T
by Monica Wareza, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) mencatatkan kerugian yang mencapai dua kali lipat pada periode 9 bulan atau sejak awal tahun hingga kuartal III-2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rugi bersih LPKR membengkak hingga mencapai Rp 1,72 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan hasil penelaahan secara terbatas dan baru dilaporkan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) sore ini, Jumat (29/11/2019), kerugian emiten yang menjadi holding bisnis properti milik Grup Lippo ini membengkak 121% dari periode September 2019 yang rugi bersih Rp 779,58 miliar.
Padahal, pada periode tersebut, pendapatan perusahaan naik meskipun tak tinggi. Terjadi pertumbuhan 0,07% secara year on year (YoY) atas pendapatan menjadi Rp 8,28 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 8,26 triliun.
Seluruh pendapatan ini mayoritas ditopang oleh bisnis healthcare yang menyumbang 63,03% atau setara dengan Rp 5,21 triliun dari total pendapatan perusahaan. Kemudian oleh bisnis urban development sebesar 11,08% atau Rp 917,41 miliar, meski kontribusi dari bisnis ini turun dari sebelumnya sebesar Rp 1,78 triliun.
Perseroan memiliki anak usaha di bidang rumah sakit, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Selanjutnya disumbang oleh bisnis hospitality and infrastructure sebesar 9,79% atau sebesar Rp 810,43 miliar. Lainnya disumbang oleh pengembangan large scale integrated development yang nilainya naik tipis menjadi Rp 718,01 miliar dari Rp 707,19 miliar.
Lainnya adalah pendapatan dari retail malls dan property and portofolio management yang masing-masing menyumbang Rp 310,90 miliar dan Rp 301,52 miliar.
Pemberat kinerja pada periode ini adalah naiknya beban pokok pendapatan menjadi sebesar Rp 4,98 triliun dari Rp 4,39 triliun di periode tahun sebelumnya.
Terjadi peningkatan signifikan pada beban pembangunan large scale integrated development menjadi sebesar Rp 741,77 miliar dari Rp 314,82 miliar.
Beban di bisnis kesehatan juga naik menjadi Rp 3,42 triliun dari Rp 2,99 triliun. Di bisnis hospitality and infrastructure naik menjadi Rp 425,33 miliar dari Rp 399 miliar. Di bisnis property and portofolio management juga ikut naik menjadi Rp 30,87 miliar dari sebelumnya Rp 13,90 miliar.
Sementara itu beban dari pengembangan urban development terjadi penurunan yang cukup signifikan dari Rp 675,65 miliar menjadi sebesar Rp 351,46 miliar. Di bisnis retail malls juga ikut turun menjadi Rp 1,02 miliar dari Rp 1,98 miliar.
Selain itu, perusahaan juga tak lagi membukukan keuntungan pencatatan investasi pada entitas asosiasi dengan nilai wajar dan laba pelepasan aset keuangan tersedia untuk dijual. Padahal dua pos ini sebelumnya menyumbangkan masing-masing sebesar Rp 976,10 miliar dan Rp 350,32 miliar.
Di akhir September 2019, perusahaan mengalami peningkatan nilai kas dan setara kas yang meroket menjadi Rp 5,17 triliun dari sebelumnya senilai Rp 1,81 triliun.
Sedangkan total aset perusahaan menjadi sebesar Rp 56,81 triliun, terdiri dari aset lancar sebesar Rp 37,85 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp 18,85 triliun.
Dari segi liabilitas totalnya mencapai Rp 21,68 triliun, bersumber dari liabilitas jangka pendek senilai Rp 7,39 triliun dan jangka panjang senilai Rp 14,28 triliun. Ekuitas perusahaan di akhir periode tersebut tercatat sebesar Rp 35,12 triliun.
Mochtar Riady akui jual sebagian saham Lippo di OVO
(tas/tas)